KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
Kebahasaan Teks Anekdot
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan: Kalian mampu menganalisis kebahasaan teks anekdot dengan kritis dan semangat agar dapat menciptakan teks anekdot yang selain strukturnya sesuai, juga kebahasaanya baik dan benar serta disajikan secara kreatif dan inovatif sehingga kalian dapat menjadi penulis teks anekdot yang andal.
Uraian Materi
Kegiatan pembelajaran 2 ini, kalian tetap akan menganalisis teks anekdot tetapi menganalisis teks anekdotnya berdasarkan unsur kebahasaan. Sama seperti kegiatan pembelajaran sebelumnya, kalian diberikan teks anekdot dan contoh hasil analisisnya.
Berdasarkan hal tersebut, kalian diharapkan mampu menganalisis teks anekdot berdasarkan unsur kebahasaannya serta dapat menyebutkan unsur kebahasaannya serta memahami penjelasannya berdasarkan pemahaman kalian sendiri.
Sebelum kalian menganalisis kebahasaan teks anekdot, simaklah teks anekdot berikut:
Tidak Terlalu Dalam
Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian. Hakim di desanya selalu mengatakan tidak punya waktu untuk menandatangani perjanjian itu. Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok.Tapi kita tahu menyogok itu diharamkan. Maka Nasrudin memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si hakim sendiri.
Nasrudin menyiapkan sebuah gentong. Gentong itu diisinya dengan tahi sapi hingga hampir penuh. Kemudian di atasnya, Nasrudin mengoleskan mentega beberapa sentimeter tebalnya. Gentong itu dibawanya ke hadapan Pak Hakim. Saat itu juga Pak Hakim langsung tidak sibuk, dan punya waktu untuk membubuhi tanda tangan pada perjanjian Nasrudin.
Nasrudin kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?”
Hakim tersenyum lebar.“Ah, kau jangan terlalu dalam memikirkannya.” Ia mencuil sedikit mentega dan mencicipinya. “Wah, enak benar mentega ini!” “Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam!” Dan berlalulah Nasrudin.
Unsur Kebahasaan Teks Anekdot
Bagaimana kalian sudah membaca teks anekdot “Tidak Terlalu Dalam”? bagus. Pasti kalian juga sudah dapat menemukan unsur kebahasaan yang paling kentara dalam teks tersebut. Benar sekali, kalimat langsung. Kemudian, apa lagi yang kalian temukan? nama-nama tokoh atau tokoh yang disamarkan, seperti, presiden, jaksa, menteri, hakim, dan lain-lain. Unsur kebahasaan lainnya, yaitu keterangan waktu, kata kiasan, kalimat sindiran, konjungsi penjelas, kata kerja material, kata kerja mental, konjungsi sebab akibat, kalimat imperatif, kalimat seru, dan konjungsi temporal, dan kalimat retoris. Untuk lebih jelasnya kalian bisa cermati pembahasan unsur kebahasaan teks anekdot, yakni:
a) Kalimat Langsung
Banyak menggunakan kalimat langsung yang bervariasi dengan kalimat-kalimat tidak langsung. Kalimat-kalimat langsung merupakan petikan dari dialog para tokohnya, sedangkan kalimat tidak langsung merupakan bentuk penceritaan kembali dialog seorang tokoh. Bahkan tidak sedikit anekdot yang semuanya berupa dialog yang menggunakan kalimat-kalimat langsung.
Contoh:
- Nasrudin kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?”
- Hakim tersenyum lebar.“Ah, kau jangan terlalu dalam memikirkannya.”
- Ia mencuil sedikit mentega dan mencicipinya. “Wah, enak benar mentega ini!”
- “Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam.”
b) Penggunaan Nama Tokoh Utama atau Orang Ketiga Tunggal
Penggunaan ini dapat disebutkan secara langsung nama tokoh faktualnya, seperti Gus Dur atau tokoh yang disamarkan, seperti hakim, presiden, jaksa, atau tokoh-tokoh masyarakat lainnya.
Contoh:
Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian.
Tokoh: Nasrudin dan hakim.
c) Keterangan Waktu
Keterangan waktu, misalnya kemarin, sore ini, suatu hari, ketika itu.
Contoh:
- Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian. Hakim di desanya selalu mengatakan tidak punya waktu untuk menandatangani perjanjian itu.
- Saat itu juga Pak Hakim langsung tidak sibuk, dan punya waktu untuk membubuhi tanda tangan pada perjanjian Nasrudin. Keterangan waktu: telah berulang kali.
d) Kata Kiasan
Kata kiasan atau konotasi adalah kata yang tidak memiliki makna sebenarnya. Kata ini dapat berupa ungkapan atau peribahasa.
Contoh:
Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok.Tapi kita tahu menyogok itu diharamkan.
Kata disogok atau menyogok merupakan kata kiasan dalam teks anekdot ini.
e) Kalimat Sindiran
Kalimat sindiran yang diungkapkan dengan pengandaian, perbandingan, dan lawan kata atau antonim.
Contoh:
- Nasrudin kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?”
- “Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam!”
Kalimat sindiran: “Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam.”
f) Konjungsi Penjelas
Konjungsi penjelas atau penerang, seperti bahwa. Hal ini karena berkaitan dengan pengubahan dialog dari kalimat langsung ke kalimat tidak langsung.
Contoh:
Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok.
g) Kata Kerja Material
Kata kerja material adalah kata yang menunjukkan suatu aktivitas yang dapat dilihat oleh panca indera. Hal ini terkait dengan tindakan tokohnya dan alur yang membentuk rangkaian peristiwa ataupun kegiatan.
Contoh:
- Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian.
- Nasrudin menyiapkan sebuah gentong.
- Gentong itu diisinya dengan tahi sapi hingga hampir penuh.
- Kemudian di atasnya, Nasrudin mengoleskan mentega beberapa sentimeter tebalnya.
- Gentong itu dibawanya ke hadapan Pak Hakim.
- Saat itu juga Pak Hakim langsung tidak sibuk, dan punya waktu untuk membubuhi tanda tangan pada perjanjian Nasrudin.
- Nasrudin kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?”
- Ia mencuil sedikit mentega dan mencicipinya. “Wah, enak benar mentega ini!”
Kata kerja material: mendatangi, menyiapkan, diisinya, mengoleskan, dibawanya, membubuhi, mengambil, mencuil dan mencicipinya.
h) Kata Kerja Mental
Kata kerja mental adalah kata yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan seorang tokoh.
Contoh:
- Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok.
- Maka Nasrudin memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si hakim sendiri.
Kata kerja mental : menyimpulkan dan memutuskan.
i) Konjungsi Sebab Akibat
Konjungsi sebab akibat merupakan kata penghubung yang menyatakan sebab akibat, seperti, demikian, oleh karena itu, maka, dan sehingga.
Contoh:
- Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok.
- Maka Nasrudin memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si hakim sendiri.
j) Kalimat Imperatif
Kalimat imperatif adalah kalimat yang bersifat atau memberi perintah atau dapat juga berupa peringatan, larangan.
Contoh:
"Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam!”
k) Kalimat Seru
Kalimat seru biasanya ditandai dengan tanda seru, yang bersifat untuk menegaskan atau sebagai ungkapan rasa seseorang.
Contoh:
“Wah, enak benar mentega ini!”
l) Konjungsi Temporal
Konjungsi ini bermakna kronologis (temporal), seperti, akhirnya, selanjutnya, kemudian, lalu
Contoh:
Kemudian di atasnya, Nasrudin mengoleskan mentega beberapa sentimeter tebalnya. Gentong itu dibawanya ke hadapan Pak Hakim.
m) Kalimat Retoris
Kalimat retoris adalah kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
Contoh:
Nasrudin kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?”
Kalimat retoris di sini dapat juga sebagai kalimat yang mengandung sindiran.
Demikian unsur kebahasaan dalam teks anekdot. Mungkin di antara kalian ada yang hendak bertanya, apakah semua unsur kebahasaan dalam setiap teks anekdot itu harus selalu ada? Tidak! unsur kebahasaan dalam teks anekdot terkadang ada yang tidak ada disesuaikan dengan teksnya. Akan tetapi, secara garis besar unsur kebahasaan yang dijelaskan biasanya terdapat di dalam sebuah teks anekdot.
Bagaimana, sudah paham kalian? Bagus, kalian memang cerdas dan hebat!
2. Penciptaan Teks Anekdot
Bagian ini adalah bagian terakhir dari pembahasan struktur dan kebahasaan teks anekdot. Pada akhirnya kalian diharapkan dapat menciptakan sebuah teks anekdot yang bagus baik struktur, maupun kebahasaannya. Kalian sudah pernah berlatih menulis teks anekdot, bukan? Ya, benar kalian sebelumnya pada kegiatan pembelajaran 1 sudah berlatih menulis teks anekdot atau Menyusun kerangka teks anekdot. Akan tetapi, kalian baru memperhatikan strukturnya saja atau menyusun kerangkanya saja. Sekarang, kalian harus mulai mempraktikkan secara utuh dan perhatikan struktur dan kebahasaannya. Sudah siapkan?
Langkah-Langkah Penyusunan Teks Anekdot
- Tentukanlah topik. Kalian sudah menentukan topik ketika di pembelajaran 1. Masih ingatkan, kalian?
- Tentukan kritik yang ingin disajikan
- Rancang humornya.
- Tentukan tokoh yang terkait, sesuai dengan masalahnya. Tokoh yang dimaksud pada umumnya bersifat faktual.
- Rinci peristiwa ke dalam alur dan struktur anekdot yang meliputi abstrak, orientasi, krisis, reaksi, dan koda.
- Kembangkan kerangka anekdot menjadi sebuah cerita utuh dengan memperhatikan unsur kebahasaannya.
- Lakukan penyuntingan.
Rangkuman Materi
- Unsur kebahasaan yang paling kentara dalam teks anekdot adalah kalimat langsung.
- Selain itu, ada nama-nama tokoh atau tokoh yang disamarkan, seperti, presiden, jaksa, menteri, hakim, dan lain-lain.
- Unsur kebahasaan lainnya, yaitu keterangan waktu, kata kiasan, kalimat sindiran, konjungsi penjelas, kata kerja material, kata kerja mental, konjungsi sebab akibat, kalimat imperatif, kalimat seru, dan konjungsi temporal, dan kalimat retoris.
- Kalimat retoris di sini dapat juga sebagai kalimat yang mengandung sindiran.
- Unsur kebahasaan teks anekdot yang tertera bersifat penyesuaian, artinya tergantung teks anekdotnya. Harus selalu ada? Tidak! unsur kebahasaan dalam teks anekdot terkadang ada yang tidak ada disesuaikan dengan teksnya. Akan tetapi, secara garis besar unsur kebahasaan yang dijelaskan biasanya terdapat di dalam sebuah teks anekdot.
- Dalam penyusunan teks anekdot, yang harus diperhatikan, yaitu (a) tentukan topiknya, (b) tentukan kritik yang akan disajikan, (c) rancang bagian humornya, (d) tentukan tokohnya, (e) rinci peristiwa dengan struktur teks anekdot, (f) kembangkan kerangka, dan (g) lakukan penyuntingan.
Tugas
Bacalah kembali kedua teks anekdot pada kegiatan pembelajaran 1, yaitu “Obrolan Para Presiden di Dalam Pesawat” dan “Tak Punya Latar Belakang Presiden” kemudian identifikasikanlah unsur kebahasaannya dan isilah tabel berikut dengan memberikan tanda cek (√)!
Unsur Kebahasaan
- Kalimat Langsung (Teks 1 Teks 2)
- Penggunaan Nama Tokoh Utama atau Orang Ketiga Tunggal (Teks 1 Teks 2)
- Keterangan Waktu (Teks 1 Teks 2)
- Kata Kiasan (Teks 1 Teks 2)
- Kalimat Sindiran (Teks 1 Teks 2)
- Konjungsi Penjelas (Teks 1 Teks 2)
- Kata Kerja Material (Teks 1 Teks 2)
- Kata Kerja Mental (Teks 1 Teks 2)
- Konjungsi Sebab Akibat (Teks 1 Teks 2)
- Kalimat Imperatif (Teks 1 Teks 2)
- Kalimat Seru (Teks 1 Teks 2)
- Konjungsi Temporal (Teks 1 Teks 2)
- Kalimat Retoris (Teks 1 Teks 2)
Latihan Soal
Cermati kembali teks anekdot “Anak Artis dan analisis unsur kebahasaannya!
Unsur Kebahasaan
1. Kalimat Langsung
Keterangan/Penjelasannya
Devano : “Berapa semuanya?”
Pelayan : “Semuanya Rp 132.000,00, Kak.”
Pelayan : “Ini kak, kembaliannya.”
Devano : “Sudah... simpan saja buat keluarga kamu.”
Keisya : “Berapa semuanya?”
Pelayan : “Semuanya Rp 127.000,00, Kak.”
Pelayan : “Ini kak, kembaliannya.”
Devano : “Sudah... simpan saja tip untuk kamu.”
Soimah : “Berapa?”
Pelayan : “Semuanya Rp 145.000.”
Soimah : ”Loh, mana uang kembalian saya?’
Pelayan : ”Ah, Kakak, masa uang lima ribu rupiah saja dikembalikan. Tadi Devano dan Keisya kembaliannya enam puluh delapan ribu rupiah dan dua puluh tiga ribu saja diberikan ke saya, masa kakak yang artis terkenal, lima ribu saja minta dikembalikan?”
Soimah : “Tunggu dulu kamu tahu siapa Devano dan Keisya?”
Pelayan dengan cekatan menjawab: ”Yah tahu, Kak! Devano dan Keisya anak artis terkenal.”
Soimah : ”Pintar kamu, tahu mereka anak artis. Nah sedangkan saya, kan anak penjual ikan!! Sekarang, mana kembalian saya?”
Pelayan : “!%$%?”
2 Penggunaan Nama Tokoh Utama atau Orang Ketiga Tunggal
Keterangan/Penjelasannya
- Devano, Keisya, dan Soimah
3. Keterangan Waktu
Keterangan/Penjelasannya
………………………………..
4. Kata Kiasan
Keterangan/Penjelasannya
………………………………..
5. Kalimat Sindiran
Keterangan/Penjelasannya
………………………………..
6. Konjungsi Penjelas
Keterangan/Penjelasannya
………………………………..
7. Kata Kerja Material
Keterangan/Penjelasannya
………………………………..
8. Kata Kerja Mental
Keterangan/Penjelasannya
………………………………..
9. Konjungsi Sebab Akibat
Keterangan/Penjelasannya
………………………………..
10. Kalimat Imperatif
Keterangan/Penjelasannya
………………………………..
11. Kalimat Seru
Keterangan/Penjelasannya
………………………………..
12. Konjungsi Temporal
Keterangan/Penjelasannya
………………………………..
13. Kalimat Retoris
Keterangan/Penjelasannya
………………………………..
Jawaban Latihan Soal
3. Keterangan Waktu
Keterangan/Penjelasannya
- Pada suatu hari di salah satu warung tenda kawasan Kemang.
4. Kata Kiasan
Keterangan/Penjelasannya simpan saja tip untuk kamu
5. Kalimat Sindiran
Keterangan/Penjelasannya
- Ah, Kakak, masa uang lima ribu rupiah saja dikembalikan. Tadi Devano dan Keisya kembaliannya enam puluh delapan ribu rupiah dan dua puluh tiga ribu saja diberikan ke saya, masa kakak yang artis terkenal, lima ribu saja minta dikembalikan?”
- Pintar kamu, tahu mereka anak artis. Nah sedangkan saya, kan anak penjual ikan!!
6. Konjungsi Penjelas
Keterangan/Penjelasannya
-
7. Kata Kerja Material
Keterangan/Penjelasannya
- Devano, anak salah satu artis terkenal memanggil pelayan untuk meminta nota pembayaran.
- Devano yang memang nggak punya uang lima puluh ribuan langsung saja menyodorkan dua lembar seratus ribu.
- Pelayan merasa senang karena menerima enam puluh delapan ribu rupiah dan langsung berterima kasih kepada Devano.
- Pelayan langsung memasukkan kembalian itu ke kantongnya dan berterima kasih banyak ke Keisya.
8. Kata Kerja Mental
Keterangan/Penjelasannya
- Soimah menyodorkan tiga lembar lima puluh ribu dan menunggu beberapa menit, kemudian.
9. Konjungsi Sebab Akibat
Keterangan/Penjelasannya
- Pelayan merasa senang karena menerima enam puluh delapan ribu rupiah dan langsung berterima kasih kepada Devano.
10. Kalimat Imperatif
Keterangan/Penjelasannya
-
11. Kalimat Seru
Keterangan/Penjelasannya
- ”Yah tahu, Kak! Devano dan Keisya anak artis terkenal.”
- ”Pintar kamu, tahu mereka anak artis. Nah sedangkan saya, kan anak penjual ikan!
12. Konjungsi Temporal
Keterangan/Penjelasannya
- Setelah beberapa jam kemudian, Soimah menyodorkan tiga lembar lima puluh ribu dan menunggu beberapa menit, kemudian ...
13. Kalimat Retoris
Keterangan/Penjelasannya
- "Sekarang, mana kembalian saya?”
GLOSARIUM
- Faktual : Berdasarkan kenyataan; mengandung kebenaran
- Humor : Sesuatu yang lucu; keadaan yang menggelikan hati; kejenakaan, kelucuan.
- Karakteristik : Mempunyai sifat khas sesuai dengan strukturnya
- Kejanggalan : Keadaan janggal : tidak biasanya, tidak menurut kebiasaan
- Kekonyolan : Perihal konyol, lelucon (berhubungan dengan hal lucu)
- Koheren : Hubungan logis antara bagian karangan atau antara kalimat dalam satuan paragraf.
- Lelucon : Hasil melucu; tindak (perkataan) yang lucu; percakapan yang jenaka
- Mencuil : Menyentuh dengan ujung jari.
- Opsional : Bersifat pilihan; bukan keharusan.
- Pemicu : Alat untuk memicu; penarik; daya tarik
EVALUASI