KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
Mengontruksi Sebuah Cerpen dengan Memperhatikan Unsur Pembangun Cerpen
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan kalian dapat mengontruksi salah satu cerpen dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerita pendek dengan teliti, cermat dan terampil.
Uraian Materi
Pada kegiatan pembelajaran sebelumnya, kalian sudah menganalisis unsur pembangun dalam cerita pendek. Kegiatan pembelajaran 2 ini, kalian akan mengontruksi cerita pendek dengan memerhatikan unsur-unsur pembangunnya. Dengan demikian hasil konstruksi akan menjadi baik karena menyertakan semua unsur pembangun dalam cerpennya.
1. Menentukan Topik Kehidupan dalam Cerita Pendek
Cerpen adalah karya sastra yang terus menerus dibaca dan diproduksi karena manfaatnya besar bagi kehidupan. Oleh karena itu dalam mengontruksi cerpen topik dapat diambil dari kehidupan diri sendiri ataupun pengalaman orang lain. Tugas seorang penulis cerpen adalah memperlakukan pengalaman itu sesuai dengan emosi dan nuraninya sendiri. Unsur emosi memang penting dalam menulis cerpen. Kata-kata yang tidak mampu membangkitkan suasana ”emosi”, sering membuat karangan itu terasa hambar dan tidak menarik. Namun demikian, kata-kata tersebut tidak harus dibuat-buat. Kata-kata atau ungkapan yang kita pilih adalah kata-kata yang mempribadi. Kata-kata itu dibiarkan mengalir apa adanya. Dengan cara demikian, akan terciptalah sebuah karya yang segar, menarik, dan alamiah.
Memilih kata-kata memerlukan kemampuan yang apik dan kreatif. Pemilihan kata-kata yang biasa-biasa saja, tanpa ada sentuhan emosi, tidak akan begitu menarik bagi pembaca. Jika penulis melukiskan keadaan kota Jakarta, misalnya, tentang gedung-gedung yang tinggi, kesemrawutan lalu lintas, dan keramaian kotanya, berarti dalam karangan itu tidak ada yang baru. Akan tetapi, ketika seorang penulis melukiskan keadaan kota Jakarta dengan mengaitkannya dengan suasana hati tokoh ceritanya, maka penggambaran itu menjadi begitu menarik.
2. Langkah-Langkah Mengonstruksi
a. Bacalah cerita pendek yang akan dikontruksi
b. Tentukanlah fokus cerita yang akan dikontruksi
c. Catatlah kata-kata kunci yang berkaitan dengan topik
d. Susunlah menjadi kerangka cerpen
e. Kembangkanlah kerangka itu menjadi cerpen yang utuh
Latihan Soal
Petunjuk!
- Bacalah sebuah penggalan cerpen!
- Kontruksilah cerpen tersebut!
- Catatlah kata-kata kunci yang berkaitan dengan topik; lalu susunlah menjadi kerangka cerpen secara kronologis.
- Kembangkanlah kerangka itu menjadi cerpen
Cerpen Umi Kulsum
Karya Djamil Suherman
Sudah beberapa hari ini nama gadis itu tak pernah ku sebut lagi dalam pergaulan dengan teman temanku. Namanya seraya menghilang ditelan perasaanku, mungkin karena rasa takutku untuk menyakiti dan mendekatinya. Umi Kalsum, nama yang selama ini dalam hati aku puja dan damba, putri Haji Tabrani dari desa sebelah. Tapi diam diam namanya menyebung keluar dari didalam hatiku malam ini.
“Apa kabar dengan Umi Kalsum?”. Setelah pertemuan kami terakhir itu, aku tidak dapat bertemu ia lagi. Malam itu sengaja aku memberanikan diri menemui dirinya setelah ta’lim Kiai Noer, malam itu aku coba ikhtiar untuk mendekati dirinya. Aku berniat untuk mengantar Umi Kalsum pulang ba’da ta’lim Kyai Noer. Diam diam aku menunggunya di depan Surau pesantren tepat dibawah pohon trembesi yang rimbun itu, berharap untuk dapat menjumpai dirinya sepulang dari mengaji. Setelah beberapa lama aku menunggunya dan ditemani dengan gigitan ‘nyamuk kebon’ yang lumayan membuat kulit ku terasa gatal, akhirnya ia keluar bersama jamaah ta’lim. Aku pun cepat cepat menghampirinya.
“Asslamulaikum”, tegurku dengan lembut seraya memberi salam kepadanya.
“Alaikumsalam”jawabnya dengan penuh keimanan dan ketawaduan. Suaranya lembut bagai ayat suci yang dialunkan dengan tidak berkesudahan. Aku terdiam sejenak diam sejuta bahasa, terpaku seperti Yesus yang tersalib atas nama ruh kudus. Aku terpesona dengan teduhnya wajahnya, ayunya parasnya, birunya matanya, serta jilbabnya yang menjuntai menutupi semua anggota auratnya. ‘Astagfirullah”, aku mencoba melepaskan jerat pandangan setan.
Ku beranikan hati dan diri ini untuk mendekatinya, aku beranikan untuk berkata sepatah kata demi untuk memuluskan niat hatiku untuk mengantarnya pulang. Betapa gembiranya aku saat ia mengiyakan dan menganggukan kepalanya saat aku ajak pulang bareng dimalam itu. Akupun langsung menancap gas sepeda motor Supra kesayanganku. Di keremangan malam kami pun hilang dianta deru roda sepeda motor. Dalam perjalan itu pun tidak aku sia siakan, selama perjalan itu kami bercakap cakap, bersenda gurau, walau kali itu pertama kami bertemu. Hatiku mengembang tidak terkira, bahagia ini telah dipelupuk mataku, rona wajahmu membuat aku yakin bahwa engkaulah gadis yang selama ini diciptakan Allah dengan sangat sempurna untuk ku. Terima kasih yaa Allah, mungkin inilah jawaban atas munajat yang selama ini aku panjakan tas nama-Mu. Namanya yang selama ini aku zikirkan dalam sajadah cinta kini ada disampingku
Sejurus perjalanan kami, dari arah yang kami tuju ku melihat ada sosok tinggi kekar berdiri tegap di tepi jalan mengawasi kami. Ia berdiri tak jauh dari gerbang rumah Umi Kalsum. Mukanya masam bagai orang yang akan melumat santapan mangsanya. Dalam keremangan itu aku tidak melihat jelas siapa sosok itu sebenarnya. Tetapi ketika Umi Kalsum meminta mendadak untuk menghentikan laju sepeda motorku, aku berkeyakinan bahwa ia adalah orang yang Umi Kalsum kenal. Langkah Umi Kalsum meninggalkan ku menuju arah sosok itu begitu cepat. Tanpa banyak bicara apa apa, aku lihat sebuah tangan mendarat tepat di wajah Umi Kalsum, Umi Kalsum menjerit kesakitan dan berhamburan masuk kerumah.
“Siapa kau?, berani berani bersama anak gadisku?”. Orang tua itu membentak seraya menajamkan matanya ke arahku, dengan geramnya ia mencekik leherku, setengah takut akupun menghindari cekikan itu. “Saya temannya Umi kalsum Pak!” , aku mulai jelas melihat wajah sosok itu, ternyata orang tua itu adalah Ayahanda Umi kalsum. Setengah sopan tan rasa takutku aku pun memberanikan diri memberi salam dan mencium tangannya. Betapa kagetnya aku ketika ia memalingkan tanganya tanda ia menolak salamku. “Kau anaknya Aswad kan, anak pedagang sayur itu”, aku langsung mengangguk saat ia menyebut nama orang tuaku. “Kenapa kau berani beraninya jalan berduaan dengan anak gadis kesayanganku, aku haramkan kau bergaul dengan anak dan keturunanku, dasar anak petani, sudah punya apa kau hingga berani berani mendekati putriku?”. Betapa kagetnya aku mendengar caci makinya, bagai tersambar petir mendengarnya. Tapi aku tidak berani menimpali sumpah serapahnya itu, hal itu aku lakukan demi Umi Kalsum yang aku punya. “Awas sekali kau dekati anakku, ku ganyang dan kulumat kau!”, orang tua itu setengah mengancamku.
EVALUASI
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang kalian anggap paling benar!
Cermatilah kutipan berikut dengan saksama untuk menjawab nomor 1- 3!
Apakah cinta pantas dikenang? Apakah cinta dibangun demi memberikan rasa kehilangan?
Pertanyaan itu mengganggu pikiranku. Mengganggu perasaanku.
Sepulang dari pemakaman seorang tetangga yang mati muda, aku lebih banyak berpikir ketimbang bicara. Iring-iringan pelayat lambat-laun menyurut. Satu per satu menghilang ke dalam gang rumah masing- masing. Seakan-akan turut mencerai-beraikan jiwaku. Kesedihan mendalam pada keluarga yang ditinggalkan, tentu akibat mereka saling mencintai. Andai tak ada cinta di antara mereka, bisa jadi pemakaman ini seperti pekerjaan sepele yang lain, seperti mengganti tabung dispenser, menyapu daun kering di halaman, atau menyobek kertas tagihan telepon yang kedaluwarsa.
Seandainya aku tidak mencintaimu, tidak akan terbit rindu sewaktu berpisah. Tak ingin menulis surat atau meneleponmu. Tidak memberimu bunga saat ulang tahun. Tidak memandang matamu, menyentuh tanganmu, dan sesekali mencium. (Cerpen “Hari Terakhir Mencintaimu”, karya Kurnia effendi)
1. Latar yang ada pada kutipan di atas adalah latar....
A. tempat
B. waktu
C. suasana
D. peristiwa
E. psikologis
2. Gaya bahasa pengarang yang menggunakan kata-kata indah terlihat pada kalimat........
A. Apakah cinta pantas dikenang?
B. Tak ingin menulis surat atau meneleponmu.
C. Apakah cinta dibangun demi memberikan rasa kehilangan?
D. Seandainya aku tidak mencintaimu, tidak akan terbit rindu sewaktu berpisah.
E. Sepulang dari pemakaman seorang tetangga yang mati muda, aku lebih banyak berpikir ketimbang bicara. Iring-iringan pelayat lambat-laun menyurut.
3. Sudut pandang pada penggalan tersebut adalah....
A. Orang pertama
B. Orang kedua
C. Orang ketiga
D. Orang ketiga tak serta
E. Orang ketiga serba tahu
Cermatilah penggalan cerpen berikut dengan saksama!
Pak, pohon pepaya di pekaranganku telah dirobohkan dengan tak semena-mena, tidaklah sepatutnya hal itu kulaporkan? Itu benar, tapi jangan melebih-lebihkan. Ingat, yang harus diutamakan ialah kerukunan kampung. Soal kecil yang dibesar-besarkan bisa mengakibatkan kericuhan dalam kampung. Setiap soal mesti diselesaikan dengan sebaik- baiknya. Tidak boleh main seruduk. Masih ingatkah kau pada peristiwa Dullah dan Bidin tempo hari? Hanya karena soal dua kilo beras, seseorang kehilangan nyawa dan yang lain meringkuk di penjara. (Cerpen “Gerhana”, Muhammad Ali)
4. Amanat penggalan cerita pendek tersebut adalah....
A. Semua persoalan yang ada harus diselesaikan dengan baik.
B. Semua masalah yang terjadi harus diselesaikan secara hukum.
C. Setiap masalah yang menimpa seseorang pasti ada jalan keluarnya.
D. Jangan membesar-besarkan masalah kecil apalagi yang berakibat fatal.
E. Semua manusia sama kedudukannya dalam hukum, siapa salah harus dihukum.
5. Konstruksi dari cerpen tersebut terlihat dalam cerita....
A. Pohon pepaya yang tumbuh subur dibiarkan oleh pemiliknya. Setiap hari dirawat agar menghasilkan buah yang banyak. Dari hasil panen pohon pepaya tersebut dia dapat memperoleh uang tambahan untuk berbelanja. Dia selalu menjual hasil pohon tersebut.
B. Kemarahannya pada suatu kesalahan kecil menjadikannya terpasung pada kasus yang melibatkan diri dan tetangganya. Bayangkan hanya gara-gara papaya dia bertahan tidak mau\ memaafkan tetangganya.
C. Pohon pepaya yang tumbuh subur dibiarkan oleh pemiliknya. Setiap hari dirawat agar menghasilkan buah yang banyak. Dari hasil panen pohon pepaya tersebut dia bagi-bagikan kepada tetangganya.
D. Keputusannya untuk tidak menjadikan masalah pada setiap persoalan yang menimpanya merupakan refleksi dari sikapnya yang bijaksana. Dia tidak pernah mempermasalahkan hal kecil. Apalagi masih terngiang di ingatannya bahwa ada tetangganya yang masuk penjara gara-gara masalah sepele. Dia tidak ingin seperti itu.
E. Keputusannya untuk menebang pohon pepaya di depan rumahnya membuat suasana semakin ricuh. Beberapa polisi datang untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.
6. Pengarang dalam menggambarkan watak tokoh dengan cara....
A. Penggambaran oleh tokoh lain
B. Menggambarkan lingkungan kehidupan tokoh.
C. Penggambaran fisik tokoh
D. Analitik langsung
E. Pengungkapan jalan pikiran tokoh
Cermatilah penggalan cerita pendek dengan saksama!
Aku masih saja khawatir. Ramalan dukun-dukun itu mulai lagi mengganggu pikiranku. Kau juga mulai diganggu ramalan mereka? Tidak. Kita tidak boleh terpengaruh oleh ramalan-ramalan. Kita harus berdoa semoga ramalan itu tidak akan menimpa Lasuddin.
Aku masih ingat, mereka menyebarkan ke seluruh kampung ramalan-ramalan itu. Benarkah akan terjadi seperti yang mereka katakan, bahwa semua keturunan kita akan musnah di ujung pisau sunat? Yakinkah kau akan itu? Kita berserah saja kepada-Nya. Doakanlah Lasuddin.
7. Watak tokoh yang ditunjukkan oleh penggalan di atas adalah....
A. Cemas
B. Keras kepala
C. Sabar
D. Ramah
E. Pasrah
8. Inti cerita yang ditunjukkan oleh penggalan tersebut adalah....
A. Dukun yang meramalkan bahwa Lasuddin akan meninggal di pisau sunat.
B. Kekhawatiran orang tua Lasuddin akan ramalan-ramalan dukun.
C. Keturunan orang tua Lasuddin akan habis di ujung pisau mendahului kakak-kakaknya.
D. Kebiasaan di kampung Lasuddin menyunat dilakukan oleh dukun.
E. Ketentraman warga terusik dengan ramalan dukun.
Cermatilah penggalan cerita pendek dengan saksama!
(1)Lelaki berkacamata itu membuka kancing baju kemejanya bagian atas. (2) Ia kelihatan gelisah, berkeringat, meski ia sedang berada di dalam ruangan yang berpendingin.(3) Akan tetapi, ketika seorang perempuan cantik muncul dari balik koridor menuju tempat lelaki berkacamata itu menunggu, wajahnya berubah menjadi berseri-seri. (4)Seakan lelaki itu begitu pandai menyimpan kegelisahannya. (5) “Sudah lama?” tanya perempuan cantik itu sambil melempar senyum. “Baru setengah jam,” jawabnya setengah bergurau.
9. Menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi. Kaidah kebahasaan tersebut terlihat pada nomor....
A. (1)
B. (2)
C. (3)
D. (4)
E. (5)
10. Struktur yang ditunjukkan oleh penggalan tersebut adalah....
A. Pengenalan situasi
B. Pengungkapan peristiwa
C. Menuju pada situasi konflik
D. Penyelesaian
E. Puncak konflik
Jawaban
1. C
2. D
3. A
4. D
5. D
6. E
7. E
8. A
9. C
10. B