Informasi Penting dalam Proposal
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan kalian mampu mengetahui informasi penting dalam proposal kegiatan/penelitian dengan cermat, kritis, dan bertanggung jawab sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Uraian Materi
Setelah kita mempelajari struktur/bagian-bagian dari proposal kegiatan pada Kegiatan Pembelajaran 1, sekarang kita melanjutkan untuk mempelajari hal-hal yang ada di dalam proposal.
Sebagaimana kalian tahu bahwa proposal digunakan sebagai pengajuan, permohonan, atau penawaran. Dengan adanya proposal, kegiatan yang kalian rencanakan bisa terlaksana dengan baik sebab kalian akan mendapat beberapa keuntungan, misalnya mendapat izin pelaksanaan kegiatan dan mendapat bantuan dana.
Kalian sudah mengenal beberapa contoh proposal, bukan? Dari proposal-proposal yang pernah kalian baca, tentu kalian memperoleh banyak manfaat. Selain penambahan ilmu pengetahuan berkaitan dengan masalah yang dikemukakan dalam proposal itu, kalian pun menjadi tahu tentang prosedur pelaksanaan suatu kegiatan termasuk arti pentingnya kegiatan itu. Misalnya, dari proposal tentang “Perlombaan Futsal di sekolah” pada kegiatan pembelajaran 1 sebelumnya, kalian menjadi mengetahui bagian-bagian dari proposal. Proposal-proposal yang kalian baca memberikan inspirasi tentang banyaknya kegiatan yang dapat kalian lakukan dan dapat pula kalian kerja samakan penyelesaiannya dengan pihak lain.
Agar kalian sampai pada pemerolehan pengetahuan dan pemahaman tentang proposal, kalian perlu memahami maksud teks secara lebih baik. Kalian harus memahami makna kata, kalimat, dan keseluruhan teksnya. Jika kalian membaca dan mendengarkan penyampaian sebuah proposal dan menemukan informasinya tidak lengkap, maka kalian bisa memberikan masukan atau tambahan informasi untuk melengkapi informasi dalam proposal tersebut. Untuk menyampaikan saran dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan.
Adapun langkah-langkah untuk melengkapi informasi dalam proposal adalah sebagai berikut.
a. Mencermati proposal
b. Menganalisis kelengkapan proposal
c. Menyampaikan saran untuk melengkapi proposal
d. Merancang sebuah proposal laporan kegiatan
Terkait dengan isi suatu proposal, kita perlu memperhatikan aspek-aspek berikut:
a. susunannya
b. kelengkapannya
c. kepentingannya
d. kesesuaiannya, dan
e. kejelasannya.
Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut, kita dapat melengkapi suatu proposal sehingga menjadi teks yang utuh.
- Berdasarkan susunannya, kita perlu memperhatikan bagian-bagian proposal yang perlu ditata urutannya berdasarkan ketentuan yang berlaku di dalam penyusunan proposal.
- Berdasarkan kelengkapannya, kita perlu memperhatikan bagian-bagian yang dianggap kurang dan penting untuk ditambahkan.
- Berdasarkan kepentingannya, kita perlu memperhatikan bagian-bagian yang penting untuk dinyatakan. Informasi ataupun data yang tidak penting, tidak perlu disertakan di dalam proposaL
- Berdasarkan kesesuaiannya, kita perlu memperhatikan bagian-bagian proposal yang sudah dinyatakan sebelumnya dengan harapan proposal tersebut menjadi padu; tidak bertentangan satu sama lain.
- Berdasarkan kejelasannya, kita perlu memperhatikan bagian-bagian yang belum jelas, misalnya data yang kurang. Oleh karena itu, kita perlu melengkapi bagian tersebut dengan data yang lebih teperinci.
Sebelum menulis sebuah proposal hendaknya membuat kerangka proposal terlebih dahulu seperti menentukan latar belakang, kegiatan, tempat, tujuan, peserta, sarana prasarana, anggaran sehingga ketika dalam menyusun proposal tidak terkendala oleh hal tertentu.
Sebagaimana yang telah kalian ketahui pula tentang fungsi dan manfaat dari proposal, jadi bilamana kalian membuat proposal kegiatan/penelitian, kalian sudah mengetahui bahwa struktur proposal terdiri atas bagian-bagian berikut.
1. Latar Belakang
2. Masalah dan Tujuan
a. Masalah
b. Tujuan
3. Ruang Lingkup Kegiatan
a. Objek
b. Jenis-jenis kegiatan
4. Kerangka Teoretis dan Hipotesis
a. Kerangka teoretis
b. Hipotesis
5. Metode
6. Pelaksana Kegiatan
a. Penanggungjawab
b. Susunan personalia
7. FasilitasyangTersedia
a. Sarana
b. Peralatan
8. Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan-keuntungan
b. Kemungkinan kerugian
9. Lama Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Waktu
b. Tempat
10.Anggaran Biaya
11.Daftar Pustaka
12.Lampiran-Lampiran
Rangkuman
- Proposal digunakan sebagai pengajuan, permohonan, atau penawaran.
- Dengan dibuatnya proposal, maka kegiatan yang direncanakan bisa terlaksana dengan baik.
- Langkah-langkah untuk melengkapi informasi dalam proposal adalah sebagai berikut. a. Mencermati proposal.
- Aspek-aspek proposal sebagai berikut: a. susunannya
b. Menganalisis kelengkapan proposal.
c. Menyampaikan saran untuk melengkapi proposal.
d. Merancang sebuah proposal laporan kegiatan.
b. kelengkapannya
c. kepentingannya
d. kesesuaiannya, dan
e. kejelasannya.
Penugasan Mandiri
Carilah oleh kalian 1 contoh proposal sebuah kegiatan. Bacalah proposal tersebut, kemudian cermatilah oleh kalian proposal itu dengan melihat kelengkapan dan informasi apa saja yang bisa kalian dapatkan dari proposal itu.
Latihan Soal
Bacalah dan cermatilah proposal kegiatan di bawah ini!
Carilah informasi penting dan maksud dari proposal tersebut.
A. Judul proposal : Kadar Keilmuan Tulisan Siswa SMAN 3 Tasikmalaya pada Mading Sekolah
B. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Bahasa yang digunakan dalam tulisan ilmiah memiliki karakteristik dan ragam ilmiah. Oleh karena itu, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa tersendiri, yaitu ragam tulis ilmiah. Bahasa tulis ilmiah merupakan suatu laras (register) dari ragam bahasa resmi baku yang harus disusun secara jelas, teratur, dan tepat makna. Ragam bahasa ilmiah yang digunakan dalam tulisan ilmiah – dalam hal ini mading ilmiah – harus memiliki ketentuan tertentu agar mampu mengomunikasikan pikiran, gagasan, dan pengertian secara lengkap, ringkas, dan tepat makna.
Salah satu ciri ragam bahasa tulis ilmiah adalah lebih mengutamakan penggunaan kalimat pasif daripada aktif. Pengutamaan bentuk kalimat pasif dalam tulisan ilmiah karena tulisan ilmiah lebih cenderung bersifat impersonal, pengungkapan suatu peristiwa lebih ditonjolkan daripada pelakunya. Oleh karena itu, bentuk penulisan konstruksi kalimat pasif dalam tulisan ilmiah sering dilakukan penulisnya.
Secara umum, suatu tulisan ilmiah dapat diartikan sebagai suatu hasil karya yang dipandang memiliki kadar keilmiahan tertentu serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah pula. Karya ilmiah dapat dikomunikasikan secara tertulis dalam bentuk tulisan ilmiah. Dengan demikian, tulisan ilmiah adalah semua bentuk
tulisan yang memiliki kadar ilmiah tertentu sesuai dengan bidang keilmuannya.
Suatu tulisan ilmiah pada hakikatnya merupakan hasil proses berpikir ilmiah. Pola berpikir ilmiah yang digunakan dalam mengungkapkan suatu tulisan ilmiah adalah pola berpikir reflektif, yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan mengadakan\refleksi secara logis dan sistematis di antara kebenaran ilmiah dan kenyataan empirik dalam mencari jawaban terhadap suatu masalah. Cara berpikir induktif dan deduktif secara bersama-sama mendasari proses berpikir reflektif.
Pola berpikir ilmiah sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang dapat dijamin kebenarannya secara ilmiah. Ada tiga aspek yang diperlukan dalam menjuruskan ke dalam berpikir ilmiah tersebut. Pertama, perlu penjelasan ilmiah – dalam menghasilkan karya tulis ilmiah diperlukan adanya kemampuan untuk menjelaskan pikiran sedemikian rupa sehingga dapat dipahami secara objektif.
Kedua, pengertian operasional – dalam kegiatan ilmiah setiap pengertian yang terkandung di dalamnya hendaknya bersifat operasional agar terjadi kesamaan persepsi, visi, dan penafsiran. Untuk itu, perlu dibuat rumusan yang jelas dan objektif. Jika diperlukan, beberapa pengertian dapat dibuatkan rumusan pengertiannya secara eksplisit.
Ketiga, berpikir kuantitatif artinya untuk lebih menjamin objektivitas penyampaian pikiran atau keterangan. Hal ini berarti perlunya data kuantitatif sebagai pendukung terhadap segala pikiran yang akan dikemukakan. Tulisan ilmiah dikemukakan berdasarkan pemikiran, simpulan, serta pendapat/pendirian penulis yang dirumuskan setelah mengumpulkan dan mengolah berbagai informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, baik teroretik maupun empirik.
Sehubungan dengan hal itu, untuk mengetahui kadar keilmuan tulisan siswa maka perlu dilakukan kajian terhadap karya ilmiah yang dibuat siswa SMA Negeri 3 Tasikmlaya. Untuk itu, kajian atau penelitian dengan judul “Kadar Keilmuan Tulisan Siswa SMAN 3 Tasikmalaya pada Majalah Dinding (Mading) Sekolah” penting untuk dilakukan. Rencana kegiatan ini dituangkan dalam proposal penelitian ini.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dijadikan fokus penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
- Bagaimanakah kadar keilmiahan isi tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam mading sekolahnya?
- Bagaimanakah kadar keilmiahan tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam mading sekolahnya?
- Bagaimanakah kadar keilmiahan kosakata dan istilah yang digunakan dalam tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam Mading sekolahnya?
- Bagaimanakah kadar keilmiahan pengembangan bahasa yang digunakan dalam tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam mading sekolahnya?
- Bagaimanakah kadar keilmiahan aspek mekanik yang digunakan dalam tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya yang disajikan dalam mading sekolahnya?
3. Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam menambah pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan tulisan yang berkadar ilmiah. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat secara praktis bagi guru dalam menulis mading yang berkadar ilmiah dilihat dari aspek keilmiahan isi tulisan, organisasi, kosakata dan istilah, pengembangan bahasa, dan mekanik yang terdapat dalam tulisan mading. Hasil pendeskripsian tulisan berkadar ilmiah ini nantinya dapat dijadikan sebagai pedoman atau panduan bagi guru dalam memberikan pembelajaran menulis yang berkadar ilmiah.
4. Definisi Operasional
Tulisan berkadar ilmiah adalah karangan tertulis yang menyajikan fakta umum dengan menggunakan metode ilmiah dan menggunakan aspek bahasa tulis ilmiah yang disajikan secara singkat, ringkas, jelas, dan sistematis. Tulisan berkadar ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya yang dipublikasikan pada mading sekolahnya selama tiga tahun terakhir.
C. Tinjauan Pustaka
Salah satu ranah kegiatan penting yang dilakukan guru di universitas adalah kegiatan ilmiah, yakni kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks), baik yang dilakukan melalui aktivitas penelitian maupun publikasi ilmiah. Upaya pengembangan ipteks bukan merupakan kegiatan individual atau kelompok melainkan merupakan kegiatan universal yang melibatkan semua ilmuwan di seluruh dunia. Oleh karena itu, para ilmuwan – terutama yang terlibat dalam disiplin ilmu sejenis (inhouse style) perlu saling bekerjasama dan berkolaborasi untuk mengomunikasikan dan memublikasikan kegiatan ilmiah mereka.
Agar kerja sama dan kolaborasi tersebut efektif dan efisien, alat komunikasi yang digunakan perlu disesuaikan dengan hakikat ilmu pengetahuan serta dengan cara kerja para ilmuwan. Alat komunikasi itu adalah ragam bahasa khusus, yang oleh bahasawan mazhab Praha disebut ragam bahasa ilmiah (Davis, 1973: 229). Ciri utama ragam bahasa ilmiah adalah serba nalar/logis, lugas/padat, jelas/eksplisit, impersonal/objektif, dan berupa ragam baku (standar).
Johannes (1978: 2-3) mengemukakan ihwal gaya bahasa keilmuan pada dasarnya sama pengertiannya dengan ragam bahasa fungsional baku. Yang dimaksud dengan ragam fungsional baku adalah ragam tulis yang ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut: (1) bahasanya adalah bahasa resmi, bukan bahasa pergaulan; (2) sifatnya formal dan objektif; (3) nadanya tidak emosional; (4) keindahan bahasanya tetap diperhatikan; (5) kemubaziran dihindari; (6) isinya lengkap, bayan, ringkas, meyakinkan, dan tepat.
Harjasujana (1993: 3) menyatakan, penggunaan bahasa dalam ipteks itu khusus dan khas. Ciri dan karakteristiknya yang utama ialah lugas, lurus, monosemantik, dan ajeg. Bahasa ilmiah itu harus hemat dan cermat karena menghendaki respons yang pasti dari pembacanya. Kaidah-kaidah sintaktis dan bentukan-bentukan bahasa dan ranah penggantinya harus mudah dipahami. Kehematan penggunaan kata, kecermatan dan kejelasan sintaksis yang berpadu dengan penghapusan unsur-unsur yang bersifat pribadi dapat menghasilkan ragam bahasa ilmiah yang umum. Kelugasan, keobjektifan, dan keajegan bahasa tulis ilmiah itulah yang membedakannya dengan ragam bahasa sastra yang subjektif, halus, dan lentur sehingga intrepretasi pembaca yang satu kerap kali sangat berbeda dengan interpretasi dan apresiasi pembaca lainnya.
Badudu (1992: 39) menjelaskan bahwa bahasa ilmiah merupakan suatu laras (register) bahasa yang khusus, yang memiliki coraknya sendiri. Bahasa ilmiah merupakan suatu laras dari ragam bahasa resmi baku. Sebagai bahasa dengan laras khusus, bahasa ilmiah itu harus jelas, teratur, tepat makna. Bahasa ilmiah adalah bahasa yang berfungsi untuk menyampaikan informasi dengan cacat sekecilkecilnya. Artinya, jangan sampai bahasa yang digunakan itu demikian banyak kekurangannya sehingga informasi yang akan disampaikan tidak sampai kepada sasarannya. Agar jelas, bahasa ilmiah harus teratur, lengkap, tersusun baik, teliti dalam pengungkapannya, dan membentuk satu kesatuan ide.
Di samping menguasai unsur-unsur kebahasaan, penulis juga perlu menguasai unsur-unsur nonkebahasaan. Hal ini dimaksudkan agar tujuan seseorang menulis bukan hanya menghasilkan bahasa melainkan ada sesuatu yang akan diungkapkan dan dinyatakan melalui sarana bahasa tulis. Adapun unsur nonkebahasaan dalam tulisan berkadar ilmiah terdiri atas isi dan organisasi.
Pertama, isi tulisan. Penulis harus memperhatikan kualitas dan ruang lingkup isi yang hendak disampaikan. Isi tulisan yang dituangkan hendaknya padat informasi, substantif, pengembangan gagasan tuntas, dan relevan dengan permasalahan yang hendak disampaikan. Dalam menyampaikan isi tulisan, penulis sebaiknya menghindari pemberian informasi yang sangat terbatas, substansi yang disampaikan kurang atau bahkan tidak ada substansi, pengembangan gagasan kurang relevan atau tidak tampak.
Kedua, organisasi dalam tulisan berkadar ilmiah berkaitan dengan ekspresi atau gagasan yang akan diungkapkan oleh penulis. Agar gagasan atau ekspresi yang dimaksud penulis tersampaikan, gagasan itu perlu diungkapkan dengan jelas, lancar, padat, tertata dengan baik, urutannya logis dan kohesif. Untuk menghasilkan tulisan berkadar ilmiah yang baik dan sempurna, penulis harus menghindari penyampaian gagasan yang kacau, terpotong-potong, pengembangan yang tidak terorganisasi, dan tidak logis.
D. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Tujuannya untuk mendeskripsikan kadar keilmiahan isi tulisan, organisasi, kosakata dan istilah, pengembangan bahasa, dan aspek mekanik tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya yang dipublikasikan pada mading sekolah. Data tulisan siswa berkadar ilmiah dalam mading diambil dalam kurun waktu selama tiga tahun terakhir (2013–2016). Dalam kurun waktu itu terdapat 48 artikel yang dipublikasikan.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pembacaan berulang ulang dan teknik format isian. Teknik pembacaan berulang-ulang bertujuan untuk mendata tulisan yang berkadar ilmiah. Teknik format isian dimaksudkan untuk mengumpulkan data berupa tulisan berkadar ilmiah yang menjadi sasaran penelitian ini.
E. Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian ini dijadwalkan sebagai berikut.
No. Nama Kegiatan dan Bulan
- Persiapan: penyusunan proposal, penyusunan instrumen, dan studi dokumentasi = Maret–April
- Seminar proposal/desain penelitian = Mei
- Pelaksanaan penelitian = Juni–Agustus
- Analisis data = September–Oktober
- Penyusunan laporan = November
- Seminar hasil penelitian, penyerahan laporan = Desember
F. Rencana Anggaran
Terlampir
G. Daftar Pustaka
Badudu, J.S. 1992. Cakrawala Bahasa Indonesia II. Jakarta: Gramedia.
Davis, P.W. 1973. Introducing Applied Linguistics. Harmondsworth: Penguin Education.
Harjasujana, A.S. 1993. “Sistem Pengajaran Bahasa Indonesia Ragam Ipteks di Perguruan Tinggi”, Makalah Seminar Peningkatan Mutu Pengajaran Bahasa Indonesia Ragam Ipteks di Perguruan Tinggi. Bandung: ITB.
Johannes, H. 1993. “Gaya Bahasa Keilmuan”, Kertas Kerja Kongres Bahasa Indonesia III. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.