Dalam membahas isi puisi, kita dapat menemukan makna puisi melalui citraan penglihatan, pendengaran, atau cita rasa. Citraan itu terlihat dari kata-kata yang disusun berdasarkan pengalaman sensorik penyair dan seolah-olah menciptakan sesuatu yang hidup, yaitu dapat didengar, dilihat, atau dirasakan oleh pembaca Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah isi puisi berikut ini.
Jauh menghabis digaris lengkung
Tempat langit mantap bertahan
Dan awan pun tipis takjub tertegun
Di sini segalanya tiada berhingga
Ketinggian langit melingkupi semesta
Keluasan angin di gelanggang biru
(Pemacu Ombak, Sutan Takdir Alisjahbana)
Setelah membaca puisi tersebut, kita dapat membayangkan isi puisi yang menceritakan keadaan samudera biru yang membentang, langit dan awan yang takjub, hingga keluasan angin. Kita dapat membayangkan isi puisi tersebut dengan citraan visual atau penglihatan dan citraan taktil (peraba atau perasaan). Kita dapat memvisualisasikan dan merasakannya dengan memahami susunan kata yang menciptakan citraan tersebut.
Pencitraan disebut pula pengimajian. S. Effendi menyatakan bahwa pengimajian dalam sajak dapat dijelaskan sebagai cara penyair untuk berusaha menciptakan dan menggugah imaji pembaca, sehingga pembaca memiliki keinginan untuk menggunakan hatinya dalam melihat berbagai benda, warna, telinga untuk mendengar berbagai bunyi dan perasaan hati yang menyentuh keindahan dan kesejukan benda serta warna (Waluyo, 1995: 80-81). Dengan kata lain, citraan dapat diartikan sebagai kesan atau angan yang pembaca rasakan setelah membaca susunan kata atau kalimat dalam puisi.
1. Citraan visual atau penglihatan
Citraan yang memberikan gambaran terhadap indera penglihatan. Gambaran tersebut memberi kesan terhadap sesuatu yang tidak terlihat tetapi seolah-olah terlihat,
misalnya pada bait puisi karya W.S. Rendra yang berjudul ”Episode”.
Kami duduk berduadi bangku halaman rumahnya
Pohon jambu di halaman itu
berbuah dengan lebatnya.
2. Citraan auditif atau pendengaran
Citraan yang menghasilkan gambaran berupa suara atau bunyi.
Misalnya,
sesekali didengarnya
bunyi tiang listrik dipukul orang
juga lolong anjing tengah malam
(”Renungan Jante Arkidam di Usia 70 Tahun”, Soni Farid Maulana).
3. Citraan taktil (cita rasa)
Citraan yang memberikan kesan terhadap indera peraba yang kita miliki termasuk perasaan.
Misalnya,dingin jari kakiku di atas rerumputan
dingin angin malam ditafsir detik jam
dingin matamu layak sms sukar dibuka sukar dibaca
(”Nguyung”, Soni Farid Maulana)4. Citraan gerak
Citraan yang memberikan gambaran terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak bergerak tetapi seolah-olah dapat bergerak. Gambaran gerak tersebut berasal dari gerakan tubuh atau suatu hal sehingga kita dapat merasakan atau melihat gerakan tersebut.
Misalnya,Dan kita berjalan di antara deburan ombak, menyusur pantai dan gang-gang
Kita turun ke dalam gelap, dan kita mengendap-ngendap
Berjalan di antara gelap dan gelap(”Laut”, Sanento Yuliman)
5. Citraan penciuman
Citraan yang memberikan gambaran terhadap indera pencium.
Misalnya,
Bau mulut busuk bagaikan bangkai!
Bah!
Inikah yang dinamakan dunia
(”Melaut Benciku”, Amal Hamzah)
6. Citraan pengecapan
Citraan yang memberikan gambaran atau kesan terhadap indera pengecap.
Misalnya,
Orang-orang kampung mengenalnya/terkecap pahitnya tembakau
(”Gerilya”, W.S. Rendra)
Setelah mempelajari materi citraan puisi di atas, mari uji kemampuanmu tentang citraan dalam puisi pada kuis soal berikut ini: