wendycode

Materi dan Soal Ringkasan Novel Kelas 10 SMA KD 3.9 #KP 2

0

Materi Butir-Butir Penting Buku Nonfiksi dan Novel Kelas 10 SMA


KEGIATAN PEMBELAJARAN 2

RINGKASAN NOVEL


Tujuan Pembelajaran


Setelah kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan kalian mampu menyusun ringkasan novel dengan kreatif, inovatif dan semangat agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari sehingga dapat mengambil manfaat atau pelajaran dari novel yang dibaca.


Uraian Materi


Pada kegiatan pembelajaran 2 ini, kalian akan mempelajari menyusun ringkasan novel. Yuk, kita mulai pelajaran ini! Sebelum lebih lanjut menyusun ringkasan novel perlu kalian ketahui apakah itu ringkasan. Apakah sama dengan ikhtisar yang telah kalian pelajari? Mulailah dari menulis sebuah karangan sederhana menuju yang lebih kompleks! Nasihat ini mungkin perlu dicamkan bagi para penulis pemula. Nah, Sebelum Kalian mencoba\ menulis yang berat berlatih menulis ringkasan terlebih dahulu.

Dengan menulis ringkasan kalian terlatih untuk menulis, juga dapat menambah wawasan kalian tentang sesuatu sebagai bekal seorang penulis. Hal itu disebabkan kalian harus membaca terlebih dahulu sebuah tulisan yang akan kalian ringkas. Pada bagian ini akan diuraikan berbagai masalah yang berhubungan dengan ringkasan mulai dari pengertian sampai dengan langkah-langkah meringkas.

Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli tetapi dengan tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandangan pengarang asli, sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara proporsional tetadipertahankan dalam bentuknya yang singkat itu

Ringkasan memiliki perbedaan dengan ikhtisar, meskipun sering kedua istilah itu disampaikan, tapi sebenarnya kedua istilah itu berbeda. Sebab ringkasan merupakan hasil dari karangan yang asli tetapi dalam penyajiannya harus tetap mempertahankan urutan dan rumusan yang asli dari pengarangnya.

Membuat ringkasan adalah sebuah keterampilan. Tidak semua orang mampu dengan cermat dan tepat membuat ringkasan dari bahan bacaan yang dibacanya. Mengapa demikian? Karena pada hakikatnya hasil meringkas itu adalah sebuah karya reproduksi dari karya lain.


Ciri-Ciri Ringkasan

Adapun ciri-ciri ringkasan sebagai berikut.
  1. Pengungkapan kembali bentuk kecil dari sebuah karangan.
  2. Mereproduksi kembali apa kata pengarang.
  3. Mempertahankan urutan-urutan gagasan yang membangun sosok (badan) karangan.
  4. Penyusun ringkasan terikat oleh penataan, isi, dan sudut pandang pengarangnya.
  5. Kalimatnya pendek-pendek dan senada dengan kalimat pengarang aslinya. Mengungkapkan kembali sebuah karangan atau naskah bacaan dalam bentuk yang padat. Dalam meringkas kita mengambil intisari atau ide-ide pokok suatu bacaan sehingga menjadi bentuk yang lebih padat.
  6. Memproduksi kembali apa yang diungkapkan pengarang dalam tulisannya. Kita mengambil intisari yang kemudian ditulis ulang dengan bahasa kita sendiri apa yang diungkapkan oleh sang penulis.
  7. Menjaga urutan ide-ide pokok sehingga terbangun ringkasan dari naskah asli. Dalam meringkas kita harus tetap merunut ide-ide pokok sehingga ringkasan yang kita buat tetap mewakili naskah bacaan aslinya.
  8. Susunan ringkasan, sudut pandang, dan isi mengikuti naskah asli. Meskipun kita menuliskan kembali, namun tidak boleh keluar dari susunan naskah aslinya.
  9. Menuliskan kalimat-kalimat pendek yang mewakili tulisan pengarang. Pada prinsipnya, meringkas berarti membuat tulisan menjadi tulisan lebih pendek. Oleh karena itu, kalimat-kalimat dalam ringkasan pun pendek dan padat namun tidak menghilangkan unsur-unsur estetika dari naskah aslinya.

Cara membuat ringkasan

Membuat ringkasan dari buku bacaan yang baru dibaca adalah bagian kemampuan membaca itu sendiri. Seorang pembaca yang baik dan berhasil, adalah pembaca yang mampu menceritakan kembali secara ringkas isi buku yang baru dibacanya, terutama bila hal berkaitan dengan kepentingan membaca cermat. Bukankah hasil akhir dari membaca, adalah pembaca dapat memahami isi buku secara cermat? Petunjuk yang nyata adalah bila pembaca mampu mengungkapkan kembali isi bacaan itu. Ada juga orang yang memang rajin membuat ringkasan buku yang dibacanya. Artinya, setiap kali kita selesai membaca minimal dalam satu kalimat. Catatan itu pada umumnya berupa ringkasan. Persoalannya sekarang bagaimana membuat ringkasan itu secara tepat.

Dalam meringkas, keindahan gaya bahasa, ilustrasi, serta penjelasan-penjelasan yang rinci dihilangkan sehingga jadilah sari tulisan tanpa hiasan. Meskipun demikian, peringkas harus tetap mempertahankan urutan pikiran penulis asli beserta pendekatannya.

Dengan membuat reproduksi, belum tentu pengarang sudah mengerjakan segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ringkasan dapat ditulis dengan baik, di antaranya:

  1. Sebaiknya dalam menyusun ringkasan mempergunakan kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.
  2. Ringkaslah kalimat menjadi frase dan frase menjadi kata.
  3. Besarnya ringkasan tergantung jumlah alinea dan topik utama yang akan dimasukkan dalam ringkasan. Alinea yang mengandung ilustrasi, contoh, deskripsi, dsb. dapat dihilangkan, kecuali yang dianggap penting.
  4. Jika memungkinkan buanglah semua keterangan atau kata sifat yang ada, meski terkadang sebuah kata sifat atau keterangan masih dipertahankan untuk menjelaskan gagasan umum yang tersirat dalam rangkaian keterangan atau rangkaian kata sifat yang terdapat dalam naskah.
  5. Pertahankan semua gagasan asli dan urutan naskahnya. Tetapi yang sudah dicatat dari karangan asli itulah yang harus dirumuskan kembali dalam kalimat ringkasan yang dibuat oleh penulis. Jagalah juga agar tidak ada hal yang baru atau pikiran penulis yang dimasukkan ke dalam ringkasan.
  6. Dalam sebuah ringkasan ditentukan pula panjangnya, maka dari itu kalian harus membuat seperti apa yang diminta bila diminta membuat ringkasan menjadi seperatus dari karangan asli. Agar memastikan apakah ringkasan dan yang dibuat sudah seperti yang diminta silahkan hitung jumlah seluruh kata dalam karangan kemudian bagilah dengan seratus. Hasil dari pembagian itulah yang merupakan panjang karangan yang harus ditulis. Perhitungan jumlah kata ini bukan berarti seseorang menghitung secara riil jumlah kata yang ada. Tapi hanya suatu perkiraan yang dianggap mendekati kenyataan.


Tujuan Membuat Ringkasan

Tujuan dari membuat ringkasan yaitu untuk membantu seseorang agar bisa membaca sebuah buku dalam waktu singkat dan menghemat waktu Manfaat Ringkasan

Manfaat ringkasan sebagai sarana untuk membantu kita dalam mengingat isi sebuah buku atau suatu uraian yang begitu panjang. Adapun beberapa manfaat antara lain sebagai berikut.
  1. Menemukan secara cepat informasi yang dibutuhkan.
  2. Menemukan bagian-bagian penting isi buku.
  3. Dapat menggambarkan keadaan mengenai isi buku.
  4. Waktu yang digunakan untuk membaca jauh lebih singkat.
  5. Membantu keperluan yang sifatnya praktis. Misalnya butuh intisari buku dalam waktu yang singkat.

Syarat dan Dasar Membuat Ringkasan

Syarat ringkasan sebagai berikut:
  1. Bentuk penyajian singkat dari suatu karangan asli.
  2. Mempertahankan urutan pembahasan dan sudut pandang pengarang atau penulisnya.
  3. Tetap memperhatikan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli .

Dasar-Dasar Membuat Ringkasan yang Baik dan Teratur yaitu:

  1. Membaca naskah asli, penulis ringkasan harus membaca naskah asli beberapa kali untuk mengetahui kesan umum dan maksud pengarang serta sudut pandangnya.
  2. Mencatat pokok-pokok pikiran, semua pokok pikiran yang penting dicatat atau digarisbawahi. Pokok pikiran disebut gagasan utama. Gagasan utama terletak dalam kalimat utama. Kalimat utama dapat terletak di awal, akhir, awal dan akhir, serta di seluruh paragraf. Hal ini berguna untuk membantu penulis ringkasan dalam menentukan apa saja yang perlu dan tidak perlu ditulis dalam ringkasan.
  3. Membuat reproduksi, penulis ringkasan menyusun kembali suatu karangan singkat (ringkasan) berdasarkan catatan pokok pikiran tersebut. Penulis ringkasan perlu memperhatikan urutan penulisan ringkasan, yaitu harus sesuai dengan urutan dalam bacaan aslinya. Selain itu, penulis ringkasan juga perlu menghindari penggunaan kalimat dari tulisan aslinya. Oleh karenanya, ringkasan juga dikatakan sebagai hasil penulisan kembali suatu cerita dengan menggunakan bahasa penulisnya sendiri.

Langkah-Langkah Meringkas

  1. Bacalah teks secara cermat dan efektif, sampai kamu dapat menangkap gagasan utama, kesan umum, sudut pandang, dan tema utama dari teks.
  2. Catatlah bagian-bagian yang kalian anggap penting.
  3. Tulislah informasi berdasarkan bagian-bagian yang kalian anggap penting tersebut.
  4. Tulislah ulang intisari bacaan ke dalam bentuk kalimat tidak langsung, bergaya orang ketiga (penceritaan). Gunakan bahasa sendiri, bukan bahasa teks/buku yang diambil secara utuh, menyeluruh, lengkap, sekalipun dalam bentuk penuturan yang singkat.
  5. Tidak memasukkan pikiran, ilustrasi, atau contoh sendiri.
  6. Tidak mengubah keseimbangan dan penekanan pengarang asli.
  7. Menyusun draf atau kerangka untuk membuat intisari bacaan.
  8. Susun draft menjadi bentuk ringkasan yang baik.

Nah, kalian telah membaca teori tentang ringkasan . Tentunya kalian telah memahaminya. Akan tetapi, ada beberapa hal yang harus kalian perhatikan untuk membuat ringkasan yang kreatif dan inovatif. Untuk itu kalian cermati kutipan novel berikut!


Judul buku : Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 (fiksi)
Penulis : Pidi Baiq
Penerbit : Pastel Books, Bandung, 2014
Tebal buku : 346 halaman

Kalian pernah melihat buku ini atau pernah membacanya, seru bukan? Nah, pada pembelajaran kali ini kita akan membahas novel dan bagaimana cara menemukan nilai nilai yang terkandung di dalamnya. Selain itu, kalian akan menulis ringkasan novel. Akan tetapi, sebelum membahas itu semua yuk kita baca terlebih dahulu , siapa sih penulisnya, dimana diterbitkan, ada berapa halaman. Penasarankan isi menceritakan apa? Pasti kalian jatuh cinta setelah membacanya, yuk, kita baca !

Papan Pembatas Kelas


Aku baru selesai dari kantin bersama Nandan, Hadi, dan Rani.

Dilan gak ada. Dilan jarang ke kantin. Aku sendiri juga heran. Kalau benar dia sedang mengejarku, kenapa tidak pernah ke kantin untuk bertemu denganku? Kenapa lebih memilih kumpul bersama teman-temannya di warung Bi Eem?

Kenapa tidak berusaha bisa duduk di kantin denganku. Bicara denganku. Setidaknya dengan itu, aku bisa tahu langsung darinya, benarkah dia suka ngeganja seperti yang dikatakan oleh Nandan dan Dito?

Benarkah dia itu playboy, punya banyak pacar di mana-mana, seperti yang dikatakan oleh Nandan?

Jika aku ingin tahu tentang Dilan, aku tidak bermaksud mau mengorek kehidupannya. Siapalah aku ini. Dilan bukan pacarku, apa urusanku memikirkan diri dan kehidupannya. Tetapi dorongan untuk ingin tahu lebih banyak tentang Dilan selalu muncul setiap waktu, terutama sejak adanya informasi akan banyak hal buruk tentang dia. Aku gak ingin percaya jika itu baru sebatas cuma rumor, apalagi datangnya dari Nandan. Kalau faktanya memang benar Dilan suka ngeganja, suka mabuk dan playboy, ya sudah itu adalah dirinya, dan mungkin aku akan segera menjauh.

Saat itu bagiku, Dilan memang masih begitu misterius, yang selalu membuat aku penasaran untuk ingin mengenalnya lebih jauh!

Ah, Tuhan! Kenapa aku jadi gini?
--ooo-

Dari kantin, sebelum mau masuk ke kelas, aku berpapasan dengan Dilan. Dia sedang jalan bersama kawan-kawannya. Kutebak, pasti baru datang dari warung Bi Eem.
"Milea!" dia manggil dan lalu mendekat. Kuhentikan langkahku. Sedangkan Nandan, Hadi dan Rani terus berjalan karena aku minta mereka untuk jalan duluan.
”Ya?”

“Boleh gak aku ikut pelajaran di kelasmu lagi?"
Dia senyum. Aku juga.
“Nanti kamu dimarah lagi,” kataku.
“Gak apa-apa. Aku orang yang siap dimarah," katanya sambil senyum. Aku diam. Lalu kutanya dia sambi| kupandang matanya.
“Kamu mau bikin aku senang gak?" Aku nyaris gak percaya bahwa aku bisa nanya kepadanya.
“Iya?"

“Kalau gitu," kataku. “Ikuti mauku," kataku tersenyum.
“Emang apa maumu?"
“Jangan ikut belajar di kelasku!" kataku sambil aku goyangkan jari telunjukku. Aslinya sih aku suka ada Dilan di kelasku, tapi aku merasa gak enak ke temen-temen Dilan ketawa.
“Oke, kalau begitu," katanya. Di saat yang bersamaan, Ibu Sri lewat. Dia mau masuk ke kelasku. Dilan menyapanya dan nanya ke dia:
"Bu, boleh ikut belajar di kelas Ibu?”
“Heh? Kamu, kan, punya jadwal sendiri,” jawab Ibu Sri. “Ayo, pada masuk! Sudah bel.”
“Siap grak!”
Aku senyum melihat cara Dilan menghormat Ibu Sri, dia tegakkan badannya, lalu tangannya
ia tempelkan di jidat. itu benar-benar jadi seperti hormat kepada komandan, atau seperti kepada bendera.

Habis itu, Dilan pergi. Aku masuk kelas untuk mengikuti pelajaran beri. kutnya. Itu adalah pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (sekarang PKN), dengan Ibu Sri sebagai gurunya. Ya, aku masih ingat. Tapi yang lebih aku ingat bukan Ibu Srinya, melainkan kejadiannya, yaitu pada waktu Ibu Sri sedang menjelaskan materi pelajaran, tiba-tiba papan pembatas kelas bagian sebelah kanan itu roboh, jatuh menimpa ke arah kami. Papan pembatas kelas itu jatuh, menimpa papan tulis dan menggulingkan Presiden Indonesia, Soeharto, dalam bentuknya sebagai foto yang dikasih pigura. Kami semua kaget, ibu Sri juga. Dia lari sambil teriak menyebut nama Tuhan: 
“Allahu akbar!l” dan juga menyebut nama salah satu keluarganya: 
“Mamaaaa l” (sejak itu aku tahu Ibu Sri memanggil ibunya dengan sebutan 'Mama').
Kami semua lari, berusaha menghindar, karena tahu itu bahaya. Kami lari ke arah belakang bagian ke|as.

Dari tempat kami mengungsi, kami menyaksikan sendiri bagaimana papan pembatas ke|as itu roboh bersama dua orang yang masih menggantung di atasnya. Dan, Pemirsa saksikanlah bersama-sama, kedua orang itu adalah: Piyan dan Dilan!
Aku tidak ingin percaya, tapi itu nyata.
Lalu, bagaimana hal itu bisa terjadi?
Aku dapat penjelasan langsung dari Di|an setelah beberapa bulan kemudian.
Katanya, waktu itu, di kelas sedang tidak ada pelajaran, gurunya tidak datang karena sakit.
Dilan dan Piyan, berusaha naik ke atas pembatas kelas itu, tujuannya untuk mencapai lubang ventilasi yang ada di tembok bagian atas.
”Ih! Ngapaiiiin?” kutanya.
”Ngintip kamu, ha ha ha ha.”

”Ha ha ha ha. Kamu jadi beneran masuk ke kelas Ibu Sri.”
"Iya! Ha ha ha. Masuk dengan cara lain."
“Ha ha ha."
“Risiko tinggi mencintaimu.”
“Ha ha ha.”
Tapi itulah yang terjadi. Mau gimana lagi.
Wati, teman sekelasku, mungkin dia jengkel. Dihampirinya Di|an, untuk kemudian dia lempar dengan buku pelajaran, sambil ngomong: Maneh wae, Siah“ itu bahasa Sunda, kira-kira artinya: "Elu lagi! Elu lagi!" Dia juga menjewer Piyan: “Maneh deui! Mimilu !” juga bahasa Sunda, kira-kira artinya:

"Kamu juga lagi, ikut-ikutan."
Dilan tidak melawan. Piyan hanya meringis. Aku Iangsung ingin tahu siapa Wati sebenarnya? Kenapa dia berani ke Dilan? Kenapa dia berani ke Piyan? Di saat mana, aku merasa yakin orang lain tak akan berani melakukannya. Dan. kenapa keduanya tidak melawan ketika diperlakukan macam itu oleh Wati?

Selidik punya selidik, ternyata Wati itu tidak lain adalah saudara Dilan. Pantesan! ibunya Wati adalah adik dari ayahnya Dilan.
Ya. Tuhan, kenapa aku baru tahu?
Dilan dan Piyan, lalu dibawa Pak Suripto ke ruang guru dengan cara yang kasar menurutku! Saat itu, anehnya aku tidak cemas. Anehnya aku percaya, Diian pasti bisa menghadapinya dengan tenang.

--000--

Tapi sejak adanya peristiwa itu, aku tidak pernah melihat Dilan selama dua hari, di lingkungan sekolah dan di mana pun. Mungkin. dia sakit. Mungkin, dia diskors. Aku tidak tahu dan aku ingin tahu ke mana. Tapi bingung harus bertanya ke siapa? Nanya ke Nandan atau Rani, khawatir mereka akan menyangka yang bukan-bukan. Nyangka aku perhatian Atau apalah , meskipun iya begitu, tapi jangan sampai mereka tahu.

Jadi?
Ya, aku bingung. Gak ada jalan lain rasanya. Aku cuma bisa berharap aku akan tahu dengan sendirinya.

--ooo--

Keinginanku bisa ke kantin berdua dengan Wati, akhirnya kesampaian. Di kantin, ada Nandan, Rani, dan Jenar yang ingin gabung makan satu meja dengan kami, tapi kubilang aku ada urusan dengan Wati. Untung mereka bisa ngerti, dan kemudian pada duduk di meja lain. Pasti kamu tahu tujuanku ngobrol dengan Wati. Meskipun malu, harus kuakui, bahwa dari Wati aku ingin dapat informasi lebih banyak tentang Dilan. Setidaknya Wati itu saudaranya, pasti lebih banyak tahu tentang Dilan dibanding orang lain. Maksudku, aku ingin jelas menyangkut tentang banyak informasi buruk yang kudapat tentang Dilan. Bukan mau ikut campur. Aku mengerti, hidup Dilan adalah urusannya. Bagaimanapun dirinya, apalah urusanku dengan dia. Aku bukan siapa-siapanya. Aku bukan pacarnya. Apakah aku normal kalau aku ingin tahu semua hal tentang Dilan? Kalau enggak, biarin, deh, gak normal juga. Aku duduk berdua dengan Wati, agak di dekat jendela. Aku merasa harus hati-hati, jangan sampai Wati tahu tujuan asliku ngobrol dengan dia. Setelah ngobrol tentang hal lain yang kuanggap gak penting, aku mulai berusaha mengarahkan pembicaraan supaya membahas pada pokok yang kumau:

"Eh, ngomong-ngomong, kemarin, waktu Si Dilan jatuh: kamu lempar dia pake buku, kok, kamu berani, sih?"
”Oh? Ha ha ha. Berani, lah!” jawab Wati. ”Habisnya kesel. Dia itu nakal tau? Di rumahnya juga begitu!”
“Kamu saudaraan, ya?”
”Iya. Ibuku adik ayahnya."

”Oh, pantes!” kataku. ”Kaget aja, pas lihat kamu berani mukul dia, ha ha ha.”
“Ha ha ha. Kesel,” jawab Wati. ”Nakal dia itu.”
”Nakal gimana?”
“Ah, banyak!” kata Wati. ”Pernah, tuh, waktu malam minggu, kapan, ya, pokoknya dia motong
ayam ibuku. Diambil di kandang gak bilang-bilang."
“Oh, ya?” Aku senyum.
”Disate tau gak?! Dimakan sama temen-temennya di belakang rumah dia!”
“Ha ha ha. Mabuk-mabukan, ya?”
“Enggak, lah !”
"Taunya enggak?"
“Tau aja.”
“Ngambil ayam ibu kamu?” tanyaku. ”Kok, berani?"
“Pas ditegur ibuku, dia bilangnya salah ngambil. Gelan gak kelihatan katanya.”
“Ha ha ha.”
"Padahal, kamu tau gak? Ayahnya itu galak,” kata Wati. “Ayahnya tentara."
”Oh? Ya?!”
Aku nyaris terperangah mendengar bahwa ayahnya Dilan adaiah juga tentara.
“Iya.”
”Cabang apa?”
”Gak tau, tuh,” jawab Wati. “Gak ngerti.”
”Ooh ...”
"Nakal banget dia itu.”
”Si Dilan pasti pacarnya banyak, tuh!” kataku.
”Ah, siapa? Gak punya pacar dia mah. Terlalu cuek ke cewek!"
”Mungkin masih lebih suka main sama kawan-kawannya."
”Iya, kali."
”Emang belum punya pacar?"
”Gak tau, tuh," jawab Wati. ”Eh, kok, jadi ngomongin Si Dilan, sih?!”
“Iya,” kataku, pura-pura sama baru menyadari hai itu. Padahal masih banyak yang ingin kutahu tentang Dilan. termasuk kenapa dia tidak pernah kulihat selama dua hari ini, tapi gak jadi karena kuatir Wati akan curiga kenapa aku bertanya soal itu,

---ooo---

Nah, kalian telah membaca bagian dari novel Dilan, tentunya kalian telah mendapatkan pelajaran dari novel tersebut, kalian dapat memetik pelajaran yang terjadi dalam kehidupan tokoh Dilan. Dalam kehidupan sehari-hari banyak yang diambil dari nilai-nilai dari novel tersebut.

Novel merupakan salah satu karya sastra. Biasanya di dalam karya sastra banyak sekali nilai-nilai kehidupan yang bisa kita ambil, yaitu nilai moral, sosial, religius, budaya, pendidikan, (a) Nilai moral adalah nilai dalam novel yang berhubungan dengan perangai, budi pekerti, atau tingkah laku manusia terhadap sesamanya. Biasanya nilai ini dapat diketahui melalui deskripsi tokoh, hubungan antartokoh, dialog, dan lain-lain. (b) Nilai sosial adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan masalah sosial dan hubungan manusia dengan masyarakat (interaksi sosial antar-manusia). Biasanya nilai ini dapat diketahui dengan penggambaran hubungan antar-tokoh. (c) Nilai religius adalah nilai dalam novel yang berhubungan dengan kepercayaan atau ajaran agama tertentu. Biasanya nilai ini dapat diketahui dengan simbol agama tertentu, kutipan atau dalil dari suatu kitab suci, dan penggambaran nilai-nilai kehidupan yang dilandasi ajaran agama yang bersifat universal. (d) Nilai budaya adalah nilai dalam novel yang berhubungan dengan adat istiadat, kebudayaan, serta kebiasaan suatu masyarakat. Biasanya nilai ini dapat diketahui dengan penggambaran adat istiadat, bahasa dan gaya bicara tokoh yang mencerminkan bahasa tertentu, dan kebiasaan yang berlaku pada tempat para tokoh.(e) Nilai Pendidikan adalah nilai dalam novel yang berhubungan dengan pengubahan tingkah laku dari baik ke buruk (pengajaran) atau bisa juga berhubungan dengan sesuatu hal yang mempunyai latar belakang pendidikan/pengajaran.

Selanjutnya kalian akan mempelajari bagaimana menulis ringkasan yang benar. Yuk, kita mulai saja bagaimana meringkas yang benar!


Hal yang Terpenting dalam Buku Novel

Hal yang pertama kalian lakukan adalah, berkenalan terlebih dahulu dengan bukunya, yaitu kenalilah identitas bukunya!

1. Identitas buku

Apakah identitas buku? sama halnya dengan kalian yang memiliki identitas, buku juga memiliki identitas, seperti, judul, pengarang, penerbit, dan sebagainya

Judul buku : Dilan , Dia Adalah Dilanku Tahun 1990
Penulis : Pidi Baiq
Penerbit : Pastel Books, Bandung, 2014
Tebal buku : 346 halaman
Kover : Warna dasar biru muda,tulisan judul berwarna putih, berikutnya ada gambar siswa SMA berseragam putih abu-abu bertolak pinggang dan motor model lama berwarna cokelat muda, di bawahnya bertuliskan nama pengarang.

2. Cermati isi dari setiap paragraf

Untuk mendapatkan maksud atau kesan umum dari sudut pandang pengarang aslinya, kalian bisa mencari gagasan utama atau gagasan pokoknya. Misalnya:

Dilan gak ada. Dilan jarang ke kantin. Aku sendiri juga heran. Kalau benar dia sedang mengejarku, kenapa tidak pernah ke kantin untuk bertemu denganku? Kenapa lebih memilih kumpul bersama teman-temannya di warung Bi Eem?
Benarkah dia itu playboy, punya banyak pacar di mana-mana, seperti yang dikatakan oleh Nandan
"Milea!" dia manggil dan lalu mendekat. Kuhentikan langkahku. Sedangkan Nandan, Hadi dan Rani terus berjalan karena aku minta mereka untuk jalan duluan.
“Jangan ikut belajar di kelasku!" kataku sambil aku goyangkan jari
telunjukku. Aslinya sih aku suka ada Dilan di kelasku, tapi aku merasa gak enak ke temen-temen
Tapi yang lebih aku ingat bukan Ibu Srinya, melainkan kejadiannya, yaitu pada waktu Ibu Sri sedang menjelaskan materi pelajaran, tiba-tiba papan pembatas kelas bagian sebelah kanan itu roboh, jatuh menimpa ke arah kami.
Dilan tidak melawan. Piyan hanya meringis. Aku langsung ingin tahu siapa
Wati sebenarnya? Kenapa dia berani ke Dilan? Kenapa dia berani ke Piyan? Di saat mana, aku merasa yakin orang lain tak akan berani melakukannya. Dan. kenapa keduanya tidak melawan ketika diperlakukan macam itu oleh Wati?
Tapi sejak adanya peristiwa itu, aku tidak pernah melihat Dilan selama dua hari, di lingkungan sekolah dan di mana pun.
Apakah aku normal kalau aku ingin tahu semua hai tentang Dilan? Kalau enggak, biarin, deh, gak normal juga. Aku duduk berdua dengan Wati, agak di dekat jendela. Aku merasa harus hati-hati, jangan sampai Wati tahu tujuan asliku ngobrol dengan dia.
”Si Dilan pasti pacarnya banyak, tuh!” kataku.
”Ah, siapa? Gak punya pacar dia mah. Terlalu cuek ke cewek!"
”Mungkin masih lebih suka main sama kawan-kawannya."
”Iya, kali."

”Emang belum punya pacar?"
”Gak tau, tuh," jawab Wati. ”Eh, kok, jadi ngomongin Si Dilan, sih?!”
“Iya,” kataku, pura-pura sama baru menyadari hai itu. Padahal masih banyak yang ingin kutahu tentang Dilan. termasuk kenapa dia tidak pernah kulihat selama dua hari ini, tapi gak jadi karena kuatir Wati akan curiga kenapa aku bertanya soal itu,

3. Menyusun kerangka tulisannya
Setelah kalian membaca dan menemukan inti dari setiap paragraf, kalian rangkai inti paragraf tersebut. Kalian menuliskannya harus sesuai dengan urutan karangan asli. Contoh berikut;

Dilan gak ada. Dilan jarang ke kantin. Aku sendiri juga heran. Kalau benar dia sedang mengejarku, kenapa tidak pernah ke kantin untuk bertemu denganku? Kenapa lebih memilih kumpul bersama teman-temannya di warung Bi Eem? Benarkah dia itu playboy, punya banyak pacar di mana-mana, seperti yang dikatakan oleh Nandan

"Milea!" dia manggil dan lalu mendekat. Kuhentikan langkahku. Sedangkan Nandan, Hadi dan Rani terus berjalan karena aku minta mereka untuk jalan duluan.

“Jangan ikut belajar di kelasku!" kataku sambil aku goyangkan jari telunjukku. Aslinya sih aku suka ada Dilan di kelasku, tapi aku merasa gak enak ke temen-temen. Tapi yang lebih aku ingat bukan Ibu Srinya, melainkan kejadiannya, yaitu pada waktu Ibu Sri sedang menjelaskan materi pelajaran, tiba-tiba papan pembatas kelas bagian sebelah kanan itu roboh, jatuh menimpa ke arah kami. Dilan tidak melawan. Piyan hanya meringis. Aku Iangsung ingin tahu siapa Wati sebenarnya? Kenapa dia berani ke Dilan? Kenapa dia berani ke Piyan? Di saat mana, aku merasa yakin orang lain tak akan berani melakukannya. Dan. kenapa keduanya tidak melawan ketika diperlakukan macam itu oleh Wati? Tapi sejak adanya peristiwa itu, aku tidak pernah melihat Dilan selama dua hari, di lingkungan sekolah dan di manapun. Apakah aku normal kalau aku ingin tahu semua hal tentang Dilan? Kalau enggak, biarin, deh, gak normal juga. Aku duduk berdua dengan Wati, agak di dekat jendela. Aku merasa harus hati-hati, jangan sampai Wati tahu tujuan asliku ngobrol dengan dia.

”Si Dilan pasti pacarnya banyak, tuh!” kataku.
”Ah, siapa? Gak punya pacar dia mah. Terlalu cuek ke cewek!"
”Mungkin masih lebih suka main sama kawan-kawannya."
”Iya, kali."
”Emang belum punya pacar?"
”Gak tau, tuh," jawab Wati. ”Eh, kok, jadi ngomongin Si Dilan, sih?!”
“Iya,” kataku, pura-pura sama baru menyadari hai itu. Padahal masih banyak yang ingin kutahu tentang Dilan. termasuk kenapa dia tidak pernah kulihat selama dua hari ini, tapi gak jadi karena kuatir Wati akan curiga kenapa aku bertanya soal itu

4. Memeriksa keaslian tulisannya
Dalam hal ini perlu kalian perhatikan dari buku aslinya, bahwa setelah kalian membaca. Kalian tulis ringkasan sesuai dengan urutan peristiwa yang pastinya tetap mempertahankan isi agar tetap utuh isinya walaupun sudah kalian ringkas.

Bagaimana, sudah paham kalian tentang apa yang akan lakukan untuk membuat ringkasan?


5. Nilai yang terkandung dalam novel Dilan

Contoh:
Nilai moral
Katanya, waktu itu, di kelas sedang tidak ada pelajaran, gurunya tidak datang karena sakit. Dilan dan Piyan, berusaha naik ke atas pembatas kelas itu, tujuannya untuk mencapai lubang ventilasi yang ada di tembok bagian atas. 

Bila kalian sudah memahami, cermati kutipan buku selanjutnya dan hasil ringkasannya !

Sebelum kalian menulis ringkasan novel , cermati contoh ringkasan novel berjudul Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, yang diterbitkan oleh Lentera Dipantara, Jakarta.


Judul buku : Bumi Manusia
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara, Jakarta, 2015
Tebal buku : 535 hlm.

Nama pemuda itu Minke, satu nama yang aneh memang untuk seorang yang mengalir darah ningrat jawa di tubuhnya. Apa pula arti nama itu? Dia juga belum mengerti benar. Konon, nama itu diberikan secara tidak langsung dan tidak sengaja oleh gurunya Meneer Ben Rooseboom pada saat masih duduk di kelas satu E.L.S. Mr. Ben mula-mulanya memang sudah mulai bosan dan jengkel melihat perangai dari Minke yang belum mengerti sama sekali Belanda pada saat itu, setiap pertanyaan yang diberikan oleh Mr. Ben hanya membuat Minke melongok kebingungan dan tidak pernah juga menjawab. Dua kali sudah Minke terus mengulang di kelas satu itu dan bertemu dengan dua orang Belanda yang selalu usil mengganggu.

Pada satu kesempatan Mr. Ben tengah menerangkan. Vera, satu dari dua orang belanda usil di kelas mencubit paha Minke sekeras dia mampu sampai membuat Minke berteriak kesakitan. Seketika Mr. Ben guru berkebangsaan Eropa itu memerah mukanya dan berkata dengan penuh emosi “Diam kau monk.... Minke”! sejak itu nama Minke mulai melekat pada dirinya terutama di kalangan teman-temannya. Entah itu panggilan meremehkan, meledek, atau menghargai. Toh dia pribumi, berada di tengah orang-orang eropa, berapa pula harga pribumi di mata orang eropa itu?

Minke kini berstatus sebagai pelajar H.B.S. di sana guru-gurunya banyak bercerita tentang kebesaran peradaban eropa yang gilang gemilang. Tidak ketinggalan ilmu pengetahuan eropa yang terus juga menemukan hal-hal baru yang semakin menimbun dan menyisihkan pengetahuan dan tradisi nenek moyang bangsa timur, Hindia khususnya. Pengetahuan eropa itu pula yang membuat pribadi dan kebiasaan Minke menjadi berbeda dari orang-orang sebangsanya.

Suatu hari Minke pergi menghadiri sebuah pesta di Wonokromo, Surabaya. Bersama dengan Robert Suurhof, barang tentu Suurhof adalah teman sekelasnya di H.B.S. Seorang Indon yang arogan. Dia tidak mau mengakui darah pribumi yang mengalir di tubuhnya. Watak inlander yang paling orisinil!

Kepergian ke pesta ini adalah ajakan dari Suurhof yang memang menaruh hati pada darah jelita tuan rumah dari pesta itu. Dia sengaja mengajak Minke sebagai perbandingan untuk menonjolkan sosoknya yang sangat proporsionis untuk seorang pemuda yang benar-benar maskulin. Tapi, yang terjadi justru sebaliknya. Puspita itu, Annelies Mellema namanya. Perpaduan antara Ratu Wilhelmina dan Putri-putri ningrat jawa. Matanya yang kebiru-biruan, rambutnya yang lepas tergerai, kulitnya putih, rebutan dewa-dewa terlebih lagi pemuda, begitu simpati dan tertarik pada Minke. Suurhof justru banyak mengobrol dengan Robert Mellema, kakak dari Annelies. Sesekali melepaskan pandangan yang penuh dengan kecurigaan dan kecemburuan pada dua sejoli yang baru bertemu dan masih tersipu satu sama lain, Minke dan Annelies.

Annelies menyadari sorot pandangan itu, maka ditariknya Minke berpindah ke ruang belakang. Ruang belakang nampak sangat futuristik, Minke dan Annelies saling bercakap-cakap. Sampai sesosok wanita yang begitu bersahaja perawakan dan pribadinya sebagai seorang pribumi datang menyapa. Dialah Nyai Ontosoroh, ibu dari Annelies. Annelies kemudian mengajukan sebuah demonstrasi, “Ada tamu bu, Minke namanya. Pelajar H.B.S.” Perkenalan dengan Nyai Ontosoroh berlangsung sangat lengang dan terbuka, tidak lagi terasa adat dan kepribadian jawa pada Nyai Ontosoroh yang belakangan telah
dipanggilnya Mama atas permintaan Nyai Ontosoroh sendiri. Hal demikian yang membuat Minke merasakan sebuah keganjilan dan banyak sekali teka-teki dari nuansa dan peristiwa yang dialaminya satu per satu di rumah yang sekaligus perusahaan yang sangat populer di Surabaya ini. Boerderij Buitenzorg nama perusahaannya.

Annelies dan Minke semakin dekat saja, seakan mereka memang sudah digariskan untuk saling bertemu dan saling jatuh cinta. Setelah makan siang, Annelies mengajak Minke ke tempat pemerahan susu sapi. Di sana terlihat pemandangan yang sangat riuh, laki-laki dan wanita bekerja saling berbaur, tidak ada rasa canggung dan perasaan curiga satu sama lain. Tentu ini hal yang sangat menarik sekaligus mengherankan. Minke menyaksikan anasir yang ekslusif, yang seharusnya belum terjadi di zamannya di awal abad ke-20 ini.

Rangkuman

Ringkasan mempunyai ciri sebagai berikut :
  1. Pengungkapan kembali bentuk kecil dari sebuah karangan.
  2. Mereproduksi kembali apa kata pengarang.
  3. Mempertahankan urutan-urutan gagasan yang membangun sosok (badan) karangan.
  4. Penyusun ringkasan terikat oleh penataan, isi, dan sudut pandang pengarangnya.
  5. Kalimatnya pendek-pendek dan senada dengan kalimat pengarang aslinya. Mengungkapkan kembali sebuah karangan atau naskah bacaan dalam bentuk yang padat. Dalam meringkas kita mengambil intisari atau ide-ide pokok suatu bacaan sehingga menjadi bentuk yang lebih padat.


Latihan Soal

Cermati penggalan novel berikut !

Judul buku : Ketika Tuhan Jatuh Cinta
Penulis : Wahyu Sujani
Penerbit : Diva Press, Yogyakarta, 2013
Tebal buku : 442 halaman

Seharian, Humaira tidak keluar dari kamarnya. Dia hanya menangis dan menangis saja sambil menatapi foto ayah dan hanya Fikri pun sedang bersedih, tapi ia lebih bisa menerima kenyataan bahwa semua adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.

Semua yang ada di alam semesta adalah ciptaan-Nya, adah: tak luput dari pantauan-Nya. Tak ada satupun yang kini dati-Nya, meskipun itu hanya satu hembusan napas neko: Semut. Memang sedih ketika yang dicintai, apalagi aang tua sendiri harus diambil kembali oleh pemilik-Nya. Terapi, semua bukanlah bentuk hukuman dari-Nya, ijinkan petunjuk bahwa Dia itu ada, mutlak menggenggam nyawa semua hamba-Nya, serta mengatur hidup dan Inti.

"Tiada suatu bencanapun yang menimpa dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya, yang demikian itu mudah bagi Allah. (Karni jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput darimu, dan jangan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”

Demikian Sang Penggenggam nyawa berfirman. Tidak ada pengecualian untuk semua hamba-Nya. Tidak pula ada penguluran waktu, walau sekejap saja, jika ajal sudah ditentukan.

Kita sejatinya hanya hamba yang lemah, tak berdaya. Namun, selalu alpa hingga merasa apa yang ada dihadapan kita mutlak milik kita, hingga banyak yang menyombongkan diri. Kita sejatinya tidak memiliki apa-apa. Ingatlah ketika kita pertama kali dilahirkan. Sama sekali tidak membawa apa pun. Kita lalu tumbuh dan berkembang, berpikir untuk bertahan hidup, hingga Allah mengaruniakan rezeki yang berlimpah dan orang-orang yang kita cintai. Semua sejatinya titipan Allah. Jika saatnya tiba, semua itu akan diambil kembali oleh-Nya.

Hidup dan mati adalah ujian dari Allah. Bisakah kita bersabar dalam menghadapi hidup yang menggetirkan ketika ditinggalkan orang yang kita cintai? Ataukah kita justru berpaling dari-Nya karena menganggap Dia tidak adil? Semua adalah ayat-ayat-Nya yang ditunjukkan kepada manusia untuk diimani. Air mata adalah karunia dari Allah untuk melegakan kesesakan di dalam dada. Namun. air mata juga bisa membawa durhaka jika dikeluarkan untuk menangisi takdir-Nya yang tak mungkin diubah.

Nabi. tercinta kita pun seperti manusia biasa yang tak luput dari emosi. Beliau pun selalu menangis ketika orang –orang yang dicintainya dipanggil oleh Sang Rabb. Tapi, beliau menjadi teladan bagi pengikutnya dengan mengatakan bahwa manusia boleh menangis, namun tidak untuk meratap

Dia tidak menciptakan alam semesta tanpa tujuan. Dia menciptakan malam untuk waktu beristirahat dan bermunajat, menciptakan siang untuk mencari rezeki, menciptakan langit sebagai petunjuk, menciptakan bumi untuk menetap, dan menciptakan hidup dan mati untuk lebih memperkenalkan diri-Nya kepada setiap hamba.

Perumpamaan manusia yang selalu bersedih atas takdir-Nya, ibarat dia sedang menanam api neraka yang kelak akan dituainya. Perumpamaan manusia yang bersabar atas takdirNya, ibarat dia yang sedang menanam benih pahala yang akan dituai pula kelak. Tak pernah Allah menyakiti hati hamba-Nya sesakit apapun bencana yang diterima sang hamba. Sebaliknya, si hamba itulah yang tanpa sadar sering menyakiti Allah dengan dosa-dosa yang dianggapnya ringan, namun sejatinya besar di mata-Nya.

“Jangan kau buat suasana di rumah ini semakin berduka Ibu sama bapak sudah kembali ke tempat yang semestinya. Mereka orang-orang yang shalih dan shalihah. Karena itulah, Allah sangat merindukan mereka hingga memanggil keduanya. Banyak kisah orang jahat yang matinya lama. Itu karena Allah sedang memberi tenggang waktu padanya apakah akan segera bertobat, ataukah tetap dalam keingkarannya, karena Allah hanya rindu pada hamba yang datang pada-Nya dengan penuh kesucian dan keikhlasan. Nah. seperti orang tua kita. Mereka dipanggil oleh Allah setelah melakukan perjalanan ibadah. Mendoakan orang-orang shalih yang telah berjasa menyebarkan agama Islam di negeri kita ini. Jadi, nggak perlu berlarut-larut kamu meratapi kepergian mereka. Kakak pun sangat sedih. Karena perjuangan mereka, kita bisa sebesar ini. Tapi, kalau kita tidak mengikhlaskan kepergian mereka, itu berarti didikan agama yang mereka berikan pada kita sia-sia belaka.

“Bapak pernah bilang, janganlah kita jadi orang yang terlalu berlebihan dalam segala hal. Karena semua yang memakai kata “terlalu” akan berdampak tidak baik juga untuk kita. Dengar Humaira, “Barangsiapa yang bersusah karena urusan dunia, sama saja dia marah kepada-Ku. Dan, barangsiapa yang menampar mukanya atas kematian seseorang, maka ia sama saja dengan mengambil tombak untuk memerangi Aku.” Dalam hadits, Rasulullah bersabda demikian. Jadi, apakah kamu mau dimasukkan ke dalam golongan hamba yang berani memerangi Allah?

“Sudahlah. Kalau terus-menerus menangis, tidak baik juga untuk kesehatanmu. Sekarang, tinggal kita berdua di rumah ini. Apapun yang terjadi di kemudian hari, harus kita hadapi bersama. Sekarang, kamulah satu-satunya orang terdekat yang dititipkan Allah pada Kakak. Kakak harap. apa yang sudah terjadi tidak menjadikan kita terpisah lagi Kakak tidak mau kehilangan orang yang Kakak sayangi untuk kedua kalinya.”

Dengan penuh kasih sayang, Fikri membelai kepala adiknya. Tak bisa ditahan, matanya pun berkaca-kaca ketika menatap foto almarhum orang tuanya.

“Oh, ya, kebetulan hari ini Kakak mau. mengantarkan kerajinan lagi sambil ngambil uang setoran di Jalan Otista. Apa kamu mau ikut, lalu kita jalan-jalan? Nanti, Kakak beliin gamis yang bagus buatmu...,” lanjut Fikri, saat teringat telepon Tante Shio, dua hari kemarin, yang pesan kerajinan lagi.

Humaira gelengkan kepala pelan, sambil mengusap wajahnya yang sembab dengan punggung tangannya. 
“Ira ingin di sini saja. Kalau Kakak mau pergi, silakan. Ira nggak apa-apa.” 
“Ya, sudah. Kalau gitu, jangan nangis terus. Nanti, Kakak beliin gamis yang bagus untukmu. Kamu sukanya warna putih, kan? Kakak tahu ukuran baju kamu.”
Humaira mengangguk lagi, lalu membalikkan badan menghadap dinding, tidak mau diganggu lagi. Fikri kemudian keluar, pergi dengan membawa beberapa kerajinannya.

Jawablah pertanyaan berikut dengan benar !
Soal Nomor 1
Ringkaslah penggalan novel Ketika Tuhan Jatuh Cinta
________________________
________________________
________________________
________________________

Soal Nomor 2
Temukan nilai-nilai yang terkandung pada penggalan novel Ketika Tuhan Jatuh Cinta
Nomor 1
Kutipan
________________________
Nilai yang terkandung
________________________

Nomor 2
Kutipan
________________________
Nilai yang terkandung
________________________

Nomor 3
Kutipan
________________________
Nilai yang terkandung
________________________

Nomor 4
Kutipan
________________________
Nilai yang terkandung
________________________



Kunci Jawaban latihan
Jawaban Soal Nomor 1
Ringkasan novel (Ketika Tuhan Jatuh Cinta)

Humaira masih menangis di dalam kamarnya dan Fikri pun bersedih tetapi masih menerima kenyataan bahwa semua adalah akan kembali kepada-Nya. Sang Penggenggam nyawa berfirman. Tidak ada pengecualian untuk semua hamba-Nya. Tidak pula ada penguluran waktu, walau sekejap saja, jika ajal sudah ditemukan.

‘Jangan kau buat suasana di rumah ini semakin berduka. Ibu sama bapak sudah kembali ke tempat yang semestinya. Mereka orang-orang yang shalih dan shalihah. Karena itulah, Allah sangat merindukan mereka hingga memanggil keduanya. 
“Bapak pernah bilang, janganlah kita jadi orang yang terlalu berlebihan dalam segala hal. Karena semua yang memakai kata “terlalu” akan berdampak tidak baik juga untuk kita. Dengar Humaira, 
“Barangsiapa yang bersusah karena urusan dunia, sama saja dia marah kepada-Ku. Dan,
barang siapa yang menampar mukanya atas kematian seseorang, maka ia sama saja
dengan mengambil tombak untuk memerangi Aku.” 
Dalam hadits, Rasulullah bersabda demikian. Jadi, apakah kamu mau dimasukkan ke dalam golongan hamba yang berani memerangi Allah?

“Sudahlah. Kalau terus-menerus menangis, tidak baik juga untuk kesehatanmu. Sekarang, tinggal kita berdua di rumah ini. Apapun yang terjadi di kemudian hari, harus kita hadapi bersama. Sekarang, kamulah satu-satunya orang terdekat yang dititipkan Allah pada Kakak. Kakak harap. apa yang sudah terjadi tidak menjadikan kita terpisah lagi. Kakak tidak mau kehilangan orang yang Kakak sayangi untuk kedua kalinya.”

Dengan penuh kasih sayang, Fikri membelai kepala adiknya. Tak bisa ditahan,matanya pun berkaca-kaca ketika menatap foto almarhum orang tuanya.

“Oh, ya, kebetulan hari ini Kakak mau. mengantarkan kerajinan lagi sambil ngambil uang setoran di Jalan Otista. Humaira menolak ajakan Fikri.”  Fikri menawarkan akan membelikan gamis putih dan Humaira menyetujui dengan anggukan.

Jawaban Soal 2
Nilai-nilai yang terkandung dalam novel

Nomor 1
Kutipan
“Bapak pernah bilang, janganlah kita jadi orang yang terlalu berlebihan dalam segala hal. Karena semua yang memakai kata “terlalu” akan berdampak tidak baik

Nilai yang terkandung
Nilai pendidikan

Nomor 2
Kutipan
“Oh, ya, kebetulan hari ini Kakak mau. mengantarkan kerajinan lagi sambil ngambil uang setoran di Jalan Otista. Apa kamu mau ikut, lalu kita jalan-jalan? Nanti, Kakak belikan gamis yang bagus buatmu...,”

Nilai yang terkandung
Nilai sosial

Nomor 3
Kutipan
Demikian Sang Penggenggam nyawa berfirman. Tidak ada pengecualian untuk semua hamba-Nya. Tidak pula ada penguluran waktu, walau sekejap saja, jika ajal sudah ditentukan

Nilai yang terkandung
Nilai agama

Nomor 4

Kutipan
“Sudahlah. Kalau terus-menerus menangis, tidak baik juga untuk kesehatanmu. Sekarang, tinggal kita berdua di rumah ini. Apapun yang terjadi di kemudian hari, harus kita hadapi bersama. Sekarang, kamulah satu-satunya orang terdekat yang dititipkan Allah pada Kakak. Kakak harap. apa yang sudah terjadi tidak menjadikan kita terpisah lagi Kakak tidak mau kehilangan orang yang Kakak sayangi untuk kedua kalinya.”

Nilai yang terkandung
Nilai moral


EVALUASI

Soal  dari 


Usaha yang bagus!
Jawaban benar dari soal!
Skor Nilai

Posting Komentar

0 Komentar
Komentar

Tinggalkan pesan yang positif untuk membangun komunikasi yang sehat

Tinggalkan pesan yang positif untuk membangun komunikasi yang sehat

Posting Komentar (0)
2/sidebar/Soal 11

#buttons=(Accept !) #days=(360)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda.Pelajari lagi
Terima!
To Top